Peringkat Kampus Indonesia Naik, UI Masih Teratas

Peringkat sejumlah kampus di Indonesia naik signifikan. Itu merujuk laporan lembaga pemeringkat universitas dunia Quacquarelli Symonds (QS) periode 2017–2018. Universitas Indonesia (UI) tercatat masih menjadi yang terbaik.

UI naik dari peringkat ke-325 (2016–2017) menjadi ke-277 (2018). Kemudian, ITB juga berhasil memperbaiki posisinya dari peringkat ke-401–410 menjadi ke-331. UGM pun melonjak dari kelompok peringkat ke-501–550 menjadi ke-401–410.

Secara umum, posisi tujuh besar di dalam negeri tidak berubah bila dibandingkan dengan sebelumnya. Urutannya adalah UI, ITB, UGM, Unair, IPB, Undip, dan ITS. Menristekdikti Mohamad Nasir mengapresiasi peningkatan peringkat dunia beberapa kampus negeri itu. Dia bersyukur tahun ini ada tiga kampus yang masuk 500 besar dunia. Peningkatan tersebut merupakan bukti bahwa kualitas kampus Indonesia semakin baik. ’’Selain itu, bisa bersaing dengan kampus dunia,’’ katanya.

Nasir menyatakan, saat ini jumlah kampus di Indonesia mencapai 4.498. Sedangkan jumlah program studi (prodi) adalah 25.548. Jumlah kampus di Indonesia jauh lebih banyak daripada di Tiongkok yang hanya 2.825. Padahal, jumlah penduduk Tiongkok lima kali lipat lebih penduduk Indonesia. Dia berharap banyaknya kampus di Indonesia diikuti kualitas atau daya saing bagus.

Rektor UI Muhammad Anis menyampaikan rasa bangga karena berhasil menembus 300 besar dunia. Dia mengungkapkan, capaian itu menunjukkan bahwa UI memimpin di bidang sosial humaniora, kesehatan, dan sains serta teknologi. Anis menjelaskan, UI bakal semakin gencar meningkatkan mutu pengajaran, pengabdian masyarakat, serta terlibat dalam sejumlah penelitian mutakhir.

Tahun ini, lanjut dia, UI tetap gencar melaksanakan konferensi-konferensi internasional. Kemudian, meningkatkan publikasi di jurnal ilmiah internasional bereputasi. Poin paling tinggi yang diperoleh UI berasal dari performa international faculty. Indikator international faculty adalah jumlah dosen asing yang terlibat kegiatan akademik di UI.

Sementara itu, ranking ITS kurang menggembirakan. Tahun lalu ITS berada di kelompok di atas 701. Kemudian tahun ini kampus di Surabaya itu masuk kelompok 800–1.000. Rektor ITS Joni Hermana mengatakan, posisi ITS tidak bisa dikatakan turun. ’’Sebab, secara nasional masih ada di urutan tujuh (sama dengan tahun lalu, Red),’’ jelasnya. Tahun ini QS membuat kategorisasi baru. Yaitu, kategori 800–1.000 yang akhirnya ITS masuk di dalamnya. Tahun lalu QS membuat kategorisasi peringkat ke-701 lebih.

Posisi ITS masih berada di bawah Unair. Dari sisi produktivitas karya tulis ilmiah, ITS lebih unggul dengan jumlah publikasi 1.119 judul. Sedangkan Unair hanya 436 judul. Namun, ITS kalah dalam sektor international student dari Unair. International student ITS hanya 158 pelajar, sedangkan di Unair 337. Joni menyatakan, hasil QS 2017–2018 yang keluar kemarin pagi akan jadi bahan evaluasi internal.

Secara keseluruhan, tidak ada perubahan posisi tiga besar dunia bila dibandingkan dengan laporan 2017. Survei pemeringkatan QS untuk periode 2017–2018 diikuti 4.000-an kampus. Hasilnya di peringkat tiga besar internasional, pemuncaknya masih dipegang Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kemudian, disusul Stanford University dan Harvard University. Formasi peringkat tiga besar itu sama persis dengan tiga besar tahun lalu. (wan/c10/oki)
SUMBER :jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.