Perbaiki Data PPDB Antisipasi Kendala Sistem Saat Tambah Fitur

Animo siswa pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMA/SMK cukup tinggi. Selasa (6/6) para siswa mendatangi SMA/SMK terdekat untuk mengambil PIN (personal identification number) pendaftaran. PIN itu digunakan untuk simulasi atau uji coba pendaftaran yang saat ini sudah berlangsung hingga 22 Juni.

Sayang, antusiasme para siswa untuk mengambil PIN dan melakukan simulasi sedikit terkendala. Sebab, sistem PPDB terganggu selama 1,5 jam, mulai sekitar pukul 08.00. Akibatnya, para peserta yang datang ke sekolah harus bersabar menunggu hingga sistem berjalan normal.

Kepala UPT Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pendidikan Dispendik Jatim Ema Sumiarti mengakui, memang ada sedikit kendala. Menurut dia, hal itu terjadi karena ada penambahan fitur pada sistem. Yakni, fitur untuk perbaikan data. Sebab, ada petugas yang keliru ketika meng-input-kan kecamatan. Kekeliruan tersebut harus segera diperbaiki. ”Kalau tidak, zonanya menjadi berbeda,” ujarnya.

Perbaikan itu harus dilakukan agar masyarakat tenang. Pihaknya mengimbau kepada petugas operator di sekolah agar teliti ketika meng-input data siswa. Terkait dengan data perbaikan, tim IT PPDB Jatim Yudhi Purwananto menambahkan, prosesnya dilakukan di cabang dinas, bukan di sekolah. Tujuannya, fitur tidak disalahgunakan.

Hingga Selasa itu, sudah ada 123 ribu siswa yang mengambil PIN. Ema menjelaskan, saat mengambil PIN di sekolah, siswa cukup menggunakan kartu peserta ujian nasional. Kartu keluarga (KK) diperlukan untuk membantu mengetahui kecamatan sesuai tempat tinggal. Karena itu, dia mengimbau sekolah untuk segera memberikan kartu peserta ujian nasional kepada siswa.

Pada hari itu ada sekitar 8.000 siswa yang melakukan simulasi PPDB. Hasil simulasi, jelas dia, memang tidak ditampilkan pada laman. Ema khawatir, jika hasil simulasi ditampilkan, akan muncul kesalahpahaman. ”Dikira sudah selesai mendaftar, padahal masih simulasi,” bebernya.

Para siswa bisa melakukan uji coba pendaftaran. Ada tiga pilihan mekanisme pendaftaran untuk masuk SMA. Yakni, memilih dua sekolah dalam satu zona, memilih satu sekolah dalam zona sebagai pilihan pertama dan satu sekolah di luar zona sebagai pilihan dua, atau memilih satu sekolah di luar zona sebagai pilihan pertama dan satu sekolah di dalam zona sebagai pilihan kedua.

Memang terkesan tidak ada batasan zona. Namun, lanjut Ema, pada dasarnya tetap ada batasan. Jika nilai siswa pas-pasan, misalnya, ketika memilih sekolah di luar zona, persaingannya akan lebih tinggi. Karena itu, siswa sebaiknya memilih sekolah terdekat dengan domisili atau KK.

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur untuk Surabaya Sukaryantho mengungkapkan, rentang waktu untuk simulasi masih cukup panjang. Dia mengimbau siswa ataupun wali murid tidak emosional dalam memilih sekolah. ”Perhatikan nilainya, wilayahnya, tidak tergesa-gesa, jadi tenang dan bisa memilih yang tepat,” jelasnya.

Kantor Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur untuk Surabaya di Jalan Jagir juga didatangi banyak wali murid dan siswa. Terutama yang dari luar kota untuk mengambil PIN. Ada juga yang bertanya tentang jalur prestasi. Salah seorang adalah Timoty Azriel. Siswa SMPN 12 Surabaya itu berprestasi di bidang paduan suara. Dia sudah mengantongi sertifikat di tingkat provinsi. ”Saya memastikan saja bahwa sertifikatnya bisa digunakan untuk mendaftar jalur prestasi,” ungkapnya.

Sementara itu, SMKN 1 mengerahkan para anggota taruna siswa untuk membantu para pendaftar. Sekolah tersebut menyediakan posko informasi bagi pendaftar. Ada tiga guru yang disiagakan untuk melayani para pendaftar. ”Masih ada beberapa yang datang untuk tanya info saja, jadi kita layani begini,” ujar Abdul Majid, ketua PPDB SMKN 1.

Majid menuturkan, tidak semua siswa atau wali murid yang datang bertujuan mengambil PIN. Beberapa di antaranya hanya mencari informasi seputar PPDB, baik online maupun seleksi offline. ”Di antara 110 orang yang datang, hanya sekitar 70 yang mengambil PIN. Sisanya mencari informasi,” katanya.

Selain persyaratan dokumen, ada aturan lain yang diberlakukan di SMKN 1. Majid mengungkapkan, siswa yang mengambil PIN harus mengenakan seragam. Menurut dia, kebijakan itu diterapkan untuk melatih kerapian dan kedisiplinan siswa. Selain itu, siswa yang bersangkutan harus hadir. ”Boleh didampingi orang tua, tapi anaknya harus ikut,” ungkapnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengenalkan kemandirian kepada para siswa yang hendak memasuki jenjang SMA/SMK. ”Biar tahu sendiri prosesnya, kan sudah besar,” tambahnya.

Aturan itu rupanya tidak diketahui Erni Lestari. Siswi MTs Bina Insani tersebut terpaksa pulang. ”Senin udah ke sini tanya info, ini sudah bawa persyaratan, tapi ndak pakai seragam,” ujar Siti Maria, kakak Erni, yang mendampingi. Rupanya Erni dan Maria yang tinggal di Lakarsantri belum mengetahui bahwa siswa bisa mengambil PIN di SMA/SMK terdekat. ”Mintanya memang daftar di sini (SMKN 1), ndak tahu kalau bisa ambil ke sekolah lain yang terdekat,” kata Erni setelah mendapatkan informasi dari pihak sekolah. (puj/kik/c7/nda)
SUMBER :jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.