Prof Djoko Santoso Bagi Ilmu Sehat lewat Buku, Ajak Kenali Penyakit Ginjal

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi vital. Sayang, masyarakat baru menyadari pentingnya ginjal saat telanjur sakit. Fenomena itulah yang selama ini diamati Prof Dr Djoko Santoso PhD K-GH FINASIM.

DJOKO patut risau. Pakar ginjal itu menyatakan, kondisi kebanyakan pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tergolong parah. Stadium 4–5. Terminal. Jadi, penyembuhan sulit dilakukan.

Berbeda dengan organ lain, ginjal memiliki mekanisme kerja yang cukup kompleks di dalam tubuh. Di antaranya, untuk mengatur tekanan darah dan hemoglobin, mengatur keseimbangan asam basa, serta mengeluarkan racun dari tubuh.

Sebagai organ penting, ginjal sering tidak memberikan respons langsung ketika mengalami suatu masalah. Ginjal biasanya menampilkan reaksi ketika fungsinya sudah lemah. ”Kondisi inilah yang membuat pasien ginjal sering terlambat berobat,” katanya.

Pria kelahiran 26 April 1961 tersebut menjelaskan, 90 persen orang yang sakit ginjal umumnya tidak memiliki keluhan. Jika ada yang mengeluh, kondisi orang itu dipastikan sudah parah atau gagal ginjal kronis (GGK).
Biasanya, sebelum terjadi GGK, penyakit lain menghampiri penderita. Di antaranya, diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas. ”Nah, jika ada penyakit tersebut, muaranya pasti berdampak pada ginjal,” ucap Djoko.

Di Indonesia, belum ada penelitian secara khusus mengenai jumlah penderita penyakit ginjal. Jika dibandingkan dengan negara lain, jumlah penderita gangguan ginjal di Indonesia cukup tinggi.

Di Amerika Serikat, misalnya. Data terbaru menyebutkan, satu di antara sepuluh orang dipastikan menderita penyakit ginjal. Padahal, pelayanan untuk penanganan dan pengaturan pola makan sudah baik. Nah, di Indonesia, dengan penanganan dan pencegahan yang minim, bisa jadi jumlah penderita lebih tinggi. Di Indonesia, satu di antara tujuh orang menderita gangguan ginjal.

Ada beberapa pemicu gangguan ginjal, baik ringan, sedang, maupun berat. Di antaranya, pola hidup yang tidak sehat, sering stres, dan kurang istirahat. Untuk pola hidup, kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi makanan sehat dan ideal masih minim.

Mayoritas orang Indonesia gemar menyantap makanan berkalori tinggi, rendah serat, dan tinggi garam. ”Kalau nggak asin, nggak terasa enak katanya,” ujar Djoko, lantas terkekeh.

Doktor jebolan Juntendo University, School of Medicine, Tokyo, Jepang, itu menambahkan, faktor keturunan ikut berperan. Orang tua yang memiliki riwayat penyakit seperti diabetes melitus atau hipertensi akan menurunkan bakatnya kepada anaknya. Untuk mengatasi tingginya angka penderita, satu-satunya cara yang efektif adalah mengetahui gejala penyakit ginjal sejak dini.

Djoko tak ingin berpangku tangan. Dia menulis buku berjudul 60 Menit Menuju Ginjal Sehat. Pembaca bisa dengan mudah mengetahui perubahan tubuh yang berkaitan dengan gangguan ginjal. Bahkan, buku karyanya menjadi sumber pembelajaran bagi siswa SD hingga SMA dari Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional pada 2011.

Djoko menyebutkan, pembuatan buku itu berkaitan dengan keprihatinannya melihat kondisi pasien yang serbasusah untuk berobat. Terlebih jika membutuhkan cuci darah dan cangkok ginjal. ”Bayangkan saja, untuk sekali cuci darah, pasien harus bayar sekitar Rp 1 juta. Padahal, untuk cuci darah, satu bulan bisa delapan kali,” tutur suami Herna Nursilarini tersebut.

Djoko berharap bukunya mampu menekan risiko terkena penyakit ginjal. Tip ginjal sehat itu, jika dilakukan secara rutin, akan berdampak pada kesehatan tubuh secara menyeluruh. ”Mencegah datangnya penyakit selalu lebih baik daripada mengobati,” tegasnya. (elo/c18/nda)
SUMBER :jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.