Terungkap Alasan Perempuan Enggan Lakukan Pap Smear
Kanker serviks pada tahap awal tidak menimbulkan gejala yang khas. Kanker serviks dapat dikenali pada tahap pra-kanker dengan melakukan skrining. Skrining atau deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan pemeriksaan Pap Smear atau IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Seseorang yang melakukan tes ini adalah seseorang yang sudah menikah atau sudah berhubungan intim. Sayangnya, banyak orang malas melakukan tes ini, mengapa?
Pap smear adalah tes skrining (screening test) untuk kanker serviks atau kanker mulut rahim. Sel yang didapatkan dari usapan serviks atau mulut rahim pada pemeriksaan pap smear kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Setiap wanita yang sudah berhubungan seksual wajib melakukan pemeriksaan pap smear. Tujuannya untuk melihat perkembangan di sel-sel serviks.
Seseorang yang melakukan tes ini adalah seseorang yang sudah menikah atau sudah berhubungan intim. Sayangnya, banyak orang malas melakukan tes ini, mengapa?
Pap smear adalah tes skrining (screening test) untuk kanker serviks atau kanker mulut rahim. Sel yang didapatkan dari usapan serviks atau mulut rahim pada pemeriksaan pap smear kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Setiap wanita yang sudah berhubungan seksual wajib melakukan pemeriksaan pap smear. Tujuannya untuk melihat perkembangan di sel-sel serviks.
Budaya timur di Indonesia tidak sebebas pergaulan di negara barat yang membebaskan hubungan seksual pranikah. Namun, secara sembunyi-sembunyi, banyak juga perempuan di Indonesia yang sudah melakukan hubungan intim sebelum menikah bahkan di usia remaja.
Barangkali, mereka yang sudah berhubungan intim tetapi belum menikah khawatir melakukan tes pap smear atau IVA karena takut dicap bukan perempuan baik-baik.
“Papsmear itu penting sekali namun masih menjadi momok di kalangan para wanita, salah satunya adalah masalah tindakannya. Walaupun tindakan tersebut tidak terlalu nyeri, namun tetap membuat rasa tidak nyaman,” kata Disease Prevention Expert yang juga CEO dari In Harmony Vaccination dr. Kristoforus Hendra Djaya SpPD kepada JawaPos.com, Kamis (15/6).
Alasan kedua orang malas melakukan tes adalah karena masalah ruang pribadi. Pemeriksaan tersebut harus memerlihatkan daerah intim kepada petugas kesehatan. Maka tidak semua wanita mau melakukannya, bahkan saat diperiksa oleh tenaga kesehatan wanita sekalipun.
“Selain malu, banyak juga yang takut kalau diketahui orang lain bahwa dia telah kehilangan keperawanannya,” jelasnya.
Kristoforus menyarankan kepada kaum hawa untuk lebih mencari dokter yang membuat mereka nyaman dan sudah dikenali. “Mengenai dokter, saya rasa itu sangat individual ya. Dokter juga manusia. Maka sebaiknya carilah dokter yang telah dikenali dan bisa dipercaya. Tidak peduli dokter itu pria atau wanita, sama saja, sebaiknya periksa pada yang dipercaya,” tegasnya.
Saat melakukan pap smear, tenaga medis harus menanyakan apakah perempuan tersebut "sudah pernah berhubungan intim" atau belum. Hal itu mau tidak mau ditanyakan. Bukan sudah menikah atau belum. Sebab tes ini bukan dilakukan pada perempuan yang masih perawan.
“Seorang tenaga medis harus lah objektif terhadap pasiennya, tidak boleh mencampuradukkan dengan pendapat pribadi/subjektivitas. Dan itu semua juga adalah rahasia medis. Jadi tak boleh diungkapkan tanpa seizin pasien. Jadi mengapa harus takut,” katanya.
Kristoforus meminta agar kaum hawa jangan malas dan lebih berani melakukan tes pap smear atau IVA. Sebab jika memang terkena bibit kanker, maka masih bisa disembuhkan 100 persen. Tes pap smear atau IVA dilakukan satu tahun setelah berhubungan intim.
“Hitungannya mulai dari hubungan pertama. Bibit kanker berkembang 3-17 tahun. Jadi kalau baru “bibit kanker” justru lebih gampang disembuhkan,” ungkapnya. (cr1/JPG)
SUMBER :jawapos.com
Barangkali, mereka yang sudah berhubungan intim tetapi belum menikah khawatir melakukan tes pap smear atau IVA karena takut dicap bukan perempuan baik-baik.
“Papsmear itu penting sekali namun masih menjadi momok di kalangan para wanita, salah satunya adalah masalah tindakannya. Walaupun tindakan tersebut tidak terlalu nyeri, namun tetap membuat rasa tidak nyaman,” kata Disease Prevention Expert yang juga CEO dari In Harmony Vaccination dr. Kristoforus Hendra Djaya SpPD kepada JawaPos.com, Kamis (15/6).
Alasan kedua orang malas melakukan tes adalah karena masalah ruang pribadi. Pemeriksaan tersebut harus memerlihatkan daerah intim kepada petugas kesehatan. Maka tidak semua wanita mau melakukannya, bahkan saat diperiksa oleh tenaga kesehatan wanita sekalipun.
“Selain malu, banyak juga yang takut kalau diketahui orang lain bahwa dia telah kehilangan keperawanannya,” jelasnya.
Kristoforus menyarankan kepada kaum hawa untuk lebih mencari dokter yang membuat mereka nyaman dan sudah dikenali. “Mengenai dokter, saya rasa itu sangat individual ya. Dokter juga manusia. Maka sebaiknya carilah dokter yang telah dikenali dan bisa dipercaya. Tidak peduli dokter itu pria atau wanita, sama saja, sebaiknya periksa pada yang dipercaya,” tegasnya.
Saat melakukan pap smear, tenaga medis harus menanyakan apakah perempuan tersebut "sudah pernah berhubungan intim" atau belum. Hal itu mau tidak mau ditanyakan. Bukan sudah menikah atau belum. Sebab tes ini bukan dilakukan pada perempuan yang masih perawan.
“Seorang tenaga medis harus lah objektif terhadap pasiennya, tidak boleh mencampuradukkan dengan pendapat pribadi/subjektivitas. Dan itu semua juga adalah rahasia medis. Jadi tak boleh diungkapkan tanpa seizin pasien. Jadi mengapa harus takut,” katanya.
Kristoforus meminta agar kaum hawa jangan malas dan lebih berani melakukan tes pap smear atau IVA. Sebab jika memang terkena bibit kanker, maka masih bisa disembuhkan 100 persen. Tes pap smear atau IVA dilakukan satu tahun setelah berhubungan intim.
“Hitungannya mulai dari hubungan pertama. Bibit kanker berkembang 3-17 tahun. Jadi kalau baru “bibit kanker” justru lebih gampang disembuhkan,” ungkapnya. (cr1/JPG)
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: