Terlalu Lama di Sekolah, Anak Terjebak Stres Hingga Kenakalan Remaja

Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengundang kontroversi. Mulai tahun ajaran baru pada Juli 2017 nanti, siswa serentak harus belajar di sekolah selama lima hari dalam sepekan dan delapan jam di sekolah setiap hari. Kebijakan itu harus dikaji betul karena bisa berdampak pada psikologis anak dan menyebabkan stres.

“Kemungkinan anak stres karena terlalu lama di sekolah, hal itu bisa saja terjadI,” tegas Psikolog Klinis Universitas Gajah Mada (UGM) dan Pendiri Analisa Personality Development Center, Analisa Widyaningrum kepada JawaPos.com, Senin (12/6).

Apa sebab? Menurutnya, karena tugas perkembangan manusia itu tidak hanya berfungsi untuk menggunakan fungsi kognitifnya saja. Akan tetapi ada aspek lain yang sebenarnya menjadi tugas perkembangan anak, baik di sekolah maupun lingkungan rumah. Misalnya, bersosialisasi dan mengasah kecerdasan emosinya. 
“Jika anak terlalu diforsir untuk mengasah kecerdasan intelektualnya saja, dia tidak diberi kesempatan untuk belajar komunikasi yang baik dalam permainan, sosialisasi dalam pergaulan, maka kemungkinan anak akan lelah secara psikologis atau biasa disebut dengan stres akibat belajar,” katanya.

Jika anak sudah terjebak stres, kata dia, maka justru anak akan bosan untuk belajar. Misalnya bagi anak SD, mungkin dia akan bosan nantinya saat duduk di bangku SMP atau SMA. Sedangkan anak SMP atau SMA mungkin bisa jadi dia akan kesulitan menentukan mayor disiplin yang dia sukai. Anak yang stres akibat belajar juga tidak bisa mengembangkan aspek soft skill seperti kecerdasan emosi.

“Kemungkinan terburuk anak akan takut bermimpi, tidak punya cita-cita, dan cenderung kurang kreatif,” ungkap Analisa.

Analisa bahkan pernah menangani pasien anak yang mengalami stres. Dia menuturkan, anak stres karena belajar akan berdampak negatif luar biasa. Anak akan mencari pelarian ke arah negatif.

“Misalnya cari pengakuan dengan membentuk geng, atau ada yang justru jadi tertutup dan enggan berkomunikasi dengan orang baru,” tukasnya.

Dampak paling terlihat pada catatan akademis anak adalah nilai yang semakin menurun karena faktor psikologis. Bukan hanya itu, anak yang terlalu jenuh akan tumbuh lebih susah diatur.

“Dampaknya bukan hanya saja pada nilai jelek, tapi juga bisa jadi mungkin muncul dampak psikologis pada anak. Mengakibarkan munculnya kenakalan remaja akibat pelarian stres karena belajar,” tutupnya. (cr1/JPG)
SUMBER :jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.