Penderita Jantung Koroner Makin Muda
Penderita penyakit jantung koroner (PJK) terus bermunculan. Gaya hidup dan pola makan yang buruk berandil besar menambah jumlah warga Kota Pudak yang terkena serangan penyakit dengan risiko kematian mendadak tersebut. Usia penderita PJK semakin muda.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik mencatat, pada 2015 hanya ada 816 penderita PJK yang berobat jalan di rumah sakit. Nah, pada 2016 jumlah penderita melonjak drastis. Ada 2.566 penderita yang menjalani rawat jalan (lihat grafis).
Dokter spesialis jantung RSUD Ibnu Sina dr Rachfita Chandra Gresiyana Dewi SpJP FIHA menjelaskan, PJK terjadi karena pembuluh darah utama yang menyuplai darah ke jantung mengalami masalah. Penyebabnya bisa gaya hidup atau bawaan sejak lahir.
Dokter yang akrab disapa Fita itu menyebutkan, penyebab utama PJK, antara lain, gaya hidup yang kurang bagus. Yang paling berpengaruh adalah pola makan sehari-hari. ”Terutama yang suka mengonsumsi makanan berlemak,” jelasnya Kamis (1/6).
Fita menerangkan, makanan berlemak mengakibatkan timbunan lemak di dinding pembuluh darah. Pembuluh darah menyempit. Aliran darah ke jantung pun terhambat.
Bagaimana soal pengaruh rokok? Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya itu memastikan, rokok sangat berpengaruh. Sebab, asap rokok yang masuk ke tubuh bisa mengoksidasi lemak. Lemak dengan mudah masuk pembuluh darah. ”Jadi lebih cepat (menyempit, Red),” ujarnya.
Untuk kasus yang dialami Untung, Fita menilai kebiasaan merokok memengaruhi kondisinya. Apalagi, Untung termasuk orang yang sulit berhenti merokok. ”Kebiasaan merokok yang menyebabkan kondisi pasien semakin parah,” tuturnya.
Pasien PJK yang mengalami batuk hebat sangat mungkin telah mengalami gagal jantung. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan. Sebab, secara medis, angka keselamatan pasien bakal menurun selama lima tahun ke depan.
Salah satu solusinya ialah memperbaiki organ jantung pasien. Bisa dengan cara pasang ring. Atau, melalui metode cangkok pembuluh darah. ”Diambilkan pembuluh darah di bagian tubuh lain untuk mengganti pembuluh darah yang sudah menyempit,” paparnya.
Meski begitu, tindakan tersebut belum bisa dijadikan acuan kesembuhan pasien. Kondisi pasien tetap membutuhkan perawatan intensif karena kualitas hidupnya sudah menurun akibat PJK. ”Jadi harus kontrol rutin,” tuturnya.
Fita mengungkapkan, saat ini penderita PJK semakin muda. Di RSUD Ibnu Sina, pasien paling banyak berusia 30–40 tahun. Kebanyakan pasien yang berusia di atas 60 sudah mengalami gagal jantung.
Untuk menghindari risiko PJK, Fita menyarankan memperbaiki gaya hidup sedini-dininya. Mulai pola makan hingga waktu berolahraga. ”Perbaikan bukanlah solusi. Yang paling tepat, jalani gaya hidup sehat sekarang juga,” tegasnya. (adi/c7/roz)
SUMBER :jawapos.com
Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik mencatat, pada 2015 hanya ada 816 penderita PJK yang berobat jalan di rumah sakit. Nah, pada 2016 jumlah penderita melonjak drastis. Ada 2.566 penderita yang menjalani rawat jalan (lihat grafis).
Dokter spesialis jantung RSUD Ibnu Sina dr Rachfita Chandra Gresiyana Dewi SpJP FIHA menjelaskan, PJK terjadi karena pembuluh darah utama yang menyuplai darah ke jantung mengalami masalah. Penyebabnya bisa gaya hidup atau bawaan sejak lahir.
Dokter yang akrab disapa Fita itu menyebutkan, penyebab utama PJK, antara lain, gaya hidup yang kurang bagus. Yang paling berpengaruh adalah pola makan sehari-hari. ”Terutama yang suka mengonsumsi makanan berlemak,” jelasnya Kamis (1/6).
Fita menerangkan, makanan berlemak mengakibatkan timbunan lemak di dinding pembuluh darah. Pembuluh darah menyempit. Aliran darah ke jantung pun terhambat.
Bagaimana soal pengaruh rokok? Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya itu memastikan, rokok sangat berpengaruh. Sebab, asap rokok yang masuk ke tubuh bisa mengoksidasi lemak. Lemak dengan mudah masuk pembuluh darah. ”Jadi lebih cepat (menyempit, Red),” ujarnya.
Untuk kasus yang dialami Untung, Fita menilai kebiasaan merokok memengaruhi kondisinya. Apalagi, Untung termasuk orang yang sulit berhenti merokok. ”Kebiasaan merokok yang menyebabkan kondisi pasien semakin parah,” tuturnya.
Pasien PJK yang mengalami batuk hebat sangat mungkin telah mengalami gagal jantung. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan. Sebab, secara medis, angka keselamatan pasien bakal menurun selama lima tahun ke depan.
Salah satu solusinya ialah memperbaiki organ jantung pasien. Bisa dengan cara pasang ring. Atau, melalui metode cangkok pembuluh darah. ”Diambilkan pembuluh darah di bagian tubuh lain untuk mengganti pembuluh darah yang sudah menyempit,” paparnya.
Meski begitu, tindakan tersebut belum bisa dijadikan acuan kesembuhan pasien. Kondisi pasien tetap membutuhkan perawatan intensif karena kualitas hidupnya sudah menurun akibat PJK. ”Jadi harus kontrol rutin,” tuturnya.
Fita mengungkapkan, saat ini penderita PJK semakin muda. Di RSUD Ibnu Sina, pasien paling banyak berusia 30–40 tahun. Kebanyakan pasien yang berusia di atas 60 sudah mengalami gagal jantung.
Untuk menghindari risiko PJK, Fita menyarankan memperbaiki gaya hidup sedini-dininya. Mulai pola makan hingga waktu berolahraga. ”Perbaikan bukanlah solusi. Yang paling tepat, jalani gaya hidup sehat sekarang juga,” tegasnya. (adi/c7/roz)
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: