Hebat, Startup Lokal Jadi Juara di Singapura
Pontianak rupanya mempunyai potensi sebagai ekosistem yang subur untuk startup digital. Terbukti dengan semakin besar jumlah anak-anak muda setempat yang menunjukkan kesiapan bersaing dengan kreator dari negara lain.
Salah satu yang terbilang kreatif adalah My Agro besutan Uray Tiar Fahrozi. Platform digital yang telah berjalan sejak Februari 2017 ini menawarkan konsep baru investasi di lahan pertanian.
“Masalah terbesar kita adalah krisis pangan. Ketika nanti tahun 2050, penduduk dunia akan tembus hingga 9,7 miliar. Ini menurut data dari PBB,” tutur Tiar menceritakan awal lahirnya My Agro, Sabtu (3/6). “Padahal, di negara kita ini ada juga problem lainnya yakni lahan tidur yang jumlahnya hingga 14 juta hektar, sementara kita juga masih impor jagung sampai 2,4 juta ton di tahun kemarin,” sambung dia.
Karena itulah ia terpikir untuk menciptakan My Agro. “Saat ini berupa website dan masih proses finalisasi,” tuturnya.
Nantinya, dengan My Agro, masyarakat akan dengan mudah berinvestasi dan mendapatkan profit sharing dari hasil pertanian. Saat ini, mereka sudah menggarap lahan dua hektar dan masih menerima investasi secara offline. “Platform (digital) nya masih dalam pengembangan,” imbuh Tiar.
Saat ini, ia menerangkan, My Agro fokus pada pengembangan bisnis secara digital dan siap membidik pasar yang lebih luas. “Target kita dalam jangka menengah adalah market nasional, namun tidak menutup kemungkinan juga nantinya ke skala internasional,” terangnya. Mendapatkan investor yang tepat masih menjadi tantangan Tiar mengembangkan bisnisnya ini.
Peluang My Agro mendapatkan investor tampaknya terbuka lebih lebar. Akhir pekan lalu (27/5), startup lokal Pontianak ini sukses menggondol juara dua dalam kompetisi Indonesia Startup Insight yang digelar di Singapura. Ini membuktikan kemampuan startup lokal Pontianak bersaing bahkan hingga ke luar negeri.
Hajon Mahdi Mahmudin, praktisi IT kota Pontianak, menyebut bahwa My Agro adalah satu dari dua startup asal kota Pontianak yang turut serta dalam ajang kompetisi Indonesia Startup Insight tersebut. Selain My Agro, turut serta pula Dokaloka, sebuah platform digital yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan.
Hajon yang menjadi mentor dan mendampingi para peserta asal Pontianak selama mengikuti lomba tersebut menyebut bahwa My Agro mempunyai sejumlah keunggulan sehingga berhasil menyabet gelar runer-up alias juara dua dalam kompetisi tersebut. “Dari sisi bisnis ini masih fresh, kemudian di sini ada pemberdayaan masyarakatnya juga,” ungkap CEO 8Bit, perusahaan konsultan IT, ini.
My Agro sukses menyisihkan peserta-peserta lain yang datang dari Malaysia, Singapura, dan juga Indonesia. Ini, kata Hajon, membuktikan bahwa para pemain startup di kota Pontianak sebenarnya punya daya saing yang menjanjikan serta peluang untuk tumbuh jika mau lebih serius.
“Sebenarnya sekarang para founder (startup) ini sudah serius, cuma informasinya yang kurang. Mungkin efek tinggal di Kalimantan jadi bias informasi, bahkan info investor pun nggak sampai ke sini,” bebernya.
Itu sebabnya, ia meminta para penggiat startup fokus menyelesaikan masalah di lingkungan sekitarnya. “Nah kita harus liat dari sisi lingkungan sekitar, apakah ide kita itu benar bisa memecahkan masalah lingkungan sekitar atau hanya masalah yang kita pikirkan,” pungkas Hajon. (Iman Santosa/Mohamad iQbaL/fab/JPG)
SUMBER :jawapos.com
Salah satu yang terbilang kreatif adalah My Agro besutan Uray Tiar Fahrozi. Platform digital yang telah berjalan sejak Februari 2017 ini menawarkan konsep baru investasi di lahan pertanian.
“Masalah terbesar kita adalah krisis pangan. Ketika nanti tahun 2050, penduduk dunia akan tembus hingga 9,7 miliar. Ini menurut data dari PBB,” tutur Tiar menceritakan awal lahirnya My Agro, Sabtu (3/6). “Padahal, di negara kita ini ada juga problem lainnya yakni lahan tidur yang jumlahnya hingga 14 juta hektar, sementara kita juga masih impor jagung sampai 2,4 juta ton di tahun kemarin,” sambung dia.
Karena itulah ia terpikir untuk menciptakan My Agro. “Saat ini berupa website dan masih proses finalisasi,” tuturnya.
Nantinya, dengan My Agro, masyarakat akan dengan mudah berinvestasi dan mendapatkan profit sharing dari hasil pertanian. Saat ini, mereka sudah menggarap lahan dua hektar dan masih menerima investasi secara offline. “Platform (digital) nya masih dalam pengembangan,” imbuh Tiar.
Saat ini, ia menerangkan, My Agro fokus pada pengembangan bisnis secara digital dan siap membidik pasar yang lebih luas. “Target kita dalam jangka menengah adalah market nasional, namun tidak menutup kemungkinan juga nantinya ke skala internasional,” terangnya. Mendapatkan investor yang tepat masih menjadi tantangan Tiar mengembangkan bisnisnya ini.
Peluang My Agro mendapatkan investor tampaknya terbuka lebih lebar. Akhir pekan lalu (27/5), startup lokal Pontianak ini sukses menggondol juara dua dalam kompetisi Indonesia Startup Insight yang digelar di Singapura. Ini membuktikan kemampuan startup lokal Pontianak bersaing bahkan hingga ke luar negeri.
Hajon Mahdi Mahmudin, praktisi IT kota Pontianak, menyebut bahwa My Agro adalah satu dari dua startup asal kota Pontianak yang turut serta dalam ajang kompetisi Indonesia Startup Insight tersebut. Selain My Agro, turut serta pula Dokaloka, sebuah platform digital yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan.
Hajon yang menjadi mentor dan mendampingi para peserta asal Pontianak selama mengikuti lomba tersebut menyebut bahwa My Agro mempunyai sejumlah keunggulan sehingga berhasil menyabet gelar runer-up alias juara dua dalam kompetisi tersebut. “Dari sisi bisnis ini masih fresh, kemudian di sini ada pemberdayaan masyarakatnya juga,” ungkap CEO 8Bit, perusahaan konsultan IT, ini.
My Agro sukses menyisihkan peserta-peserta lain yang datang dari Malaysia, Singapura, dan juga Indonesia. Ini, kata Hajon, membuktikan bahwa para pemain startup di kota Pontianak sebenarnya punya daya saing yang menjanjikan serta peluang untuk tumbuh jika mau lebih serius.
“Sebenarnya sekarang para founder (startup) ini sudah serius, cuma informasinya yang kurang. Mungkin efek tinggal di Kalimantan jadi bias informasi, bahkan info investor pun nggak sampai ke sini,” bebernya.
Itu sebabnya, ia meminta para penggiat startup fokus menyelesaikan masalah di lingkungan sekitarnya. “Nah kita harus liat dari sisi lingkungan sekitar, apakah ide kita itu benar bisa memecahkan masalah lingkungan sekitar atau hanya masalah yang kita pikirkan,” pungkas Hajon. (Iman Santosa/Mohamad iQbaL/fab/JPG)
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: