Bikin Maket Sistem Produksi
Kompetensi merancang dan mengembangkan sistem produksi sangat dibutuhkan industri manufaktur di Indonesia. Untuk memperkuat skill tersebut, mahasiswa perlu mendapat pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang perencanaan tata letak pabrik. Rabu (31/5) mahasiswa Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (STTS) merancang desain fungsional pabrik.
Misalnya, yang dilakukan Nindi Rastika. Bersama lima rekannya, Nindi merancang sebuah pabrik furnitur. Dia mendesain dengan skala 1:100. Untuk membuatnya, tim harus melakukan survei. Selain itu, mengetahui area yang akan didirikan pabrik. ”Ada lahan kosong di kawasan Tandes,” katanya.
Ada beberapa ruangan yang disiapkan di pabrik tersebut. Di antaranya, ruang produksi dan ruang kantor. Kemarin Nindi dan rekannya menggunakan beberapa bahan dari PVC foam, karton merang, kertas stiker, dan tripleks.
Henoch Sugeng Djoenaidi berbeda lagi. Henoch dan timnya merancang pabrik kulit untuk membuat dompet. Dia melakukan survei lokasi di daerah mangrove Wonorejo. Di atas maket dengan skala 1:50 itu, Henoch merancang beberapa unit. Di antaranya, unit produksi yang terdiri atas berbagai mesin gergaji, pendeteksi kualitas kulit, hingga mesin laser untuk pemotongan.
Dosen mata kuliah perancangan tata letak fasilitas produksi Kelvin mengatakan, pembuatan maket itu merupakan tugas mata kuliah yang diikuti mahasiswa semester IV dan VI. Fokusnya, kata dia, merancang pabrik mulai nol. Yakni, mulai dari pabrik apa, lokasi di mana, mesinnya apa saja, kapasitas produksi berapa, kapasitas mesin, hingga luas area yang dibutuhkan. ”Membuat 2D, lalu dibuat 3D dengan CAD (computer aided design),” tuturnya.
Kegiatan itu berbeda dengan arsitek. Bedanya, perancangan tata letak fasilitas produksi lebih menekankan pada susunan atau fungsional produksi dan areanya. ”Bukan bentuk fisik bangunan,” jelasnya. (puj/c7/nda)
SUMBER :jawapos.com
Misalnya, yang dilakukan Nindi Rastika. Bersama lima rekannya, Nindi merancang sebuah pabrik furnitur. Dia mendesain dengan skala 1:100. Untuk membuatnya, tim harus melakukan survei. Selain itu, mengetahui area yang akan didirikan pabrik. ”Ada lahan kosong di kawasan Tandes,” katanya.
Ada beberapa ruangan yang disiapkan di pabrik tersebut. Di antaranya, ruang produksi dan ruang kantor. Kemarin Nindi dan rekannya menggunakan beberapa bahan dari PVC foam, karton merang, kertas stiker, dan tripleks.
Henoch Sugeng Djoenaidi berbeda lagi. Henoch dan timnya merancang pabrik kulit untuk membuat dompet. Dia melakukan survei lokasi di daerah mangrove Wonorejo. Di atas maket dengan skala 1:50 itu, Henoch merancang beberapa unit. Di antaranya, unit produksi yang terdiri atas berbagai mesin gergaji, pendeteksi kualitas kulit, hingga mesin laser untuk pemotongan.
Dosen mata kuliah perancangan tata letak fasilitas produksi Kelvin mengatakan, pembuatan maket itu merupakan tugas mata kuliah yang diikuti mahasiswa semester IV dan VI. Fokusnya, kata dia, merancang pabrik mulai nol. Yakni, mulai dari pabrik apa, lokasi di mana, mesinnya apa saja, kapasitas produksi berapa, kapasitas mesin, hingga luas area yang dibutuhkan. ”Membuat 2D, lalu dibuat 3D dengan CAD (computer aided design),” tuturnya.
Kegiatan itu berbeda dengan arsitek. Bedanya, perancangan tata letak fasilitas produksi lebih menekankan pada susunan atau fungsional produksi dan areanya. ”Bukan bentuk fisik bangunan,” jelasnya. (puj/c7/nda)
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: