Praktik Langsung Renovasi Rumah

Yatmi dan Murjiono tak henti menyunggingkan senyum ketika banyak tamu yang mendatangi rumahnya. Bukan tamu biasa. Mereka adalah mahasiswa Prodi Desain Interior Universitas Kristen Petra, anggota Asia-Pacific Regional Conference on Service-Learning (APRCSL), serta perwakilan Habitat for Humanity (HFH) Indonesia.

Satu bulan lalu, Yatmi dan Murjiono menerima bantuan dari HFH. Bentuknya renovasi rumah mereka yang terletak di RW VI, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Tegalsari, Surabaya. Awalnya, kondisi rumah itu cukup memprihatinkan. Bangunan di lahan 3 x 3 meter persegi tersebut hampir roboh. Atapnya rendah, bocor ketika hujan, dan tak luput dari banjir.

Kini bentuk rumahnya telah berubah. Bangunan yang dihuni enam anggota keluarga itu berdiri kukuh dua lantai. ”Senang sekali. Saya tidak mungkin bisa merenovasi rumah sendiri karena tidak ada biaya,” tutur Yatmi Senin (29/5).

Sehari-hari Yatmi bekerja sebagai tukang jahit di rumah. Kadang, dia mengerjakan apa pun yang bisa menghasilkan uang. Sementara itu, suaminya sudah tidak bekerja. Anak-anaknya juga belum bekerja. Uang yang didapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan.

Kesempatan itu didapat Yatmi setelah mendengar sosialisasi dari ketua RW. Dia mengajukan diri untuk mendapatkan bantuan dari HFH. Setelah menjalani beberapa kali seleksi dan survei, rumah itu diperbaiki.

Yatmi dan Murjiono mendapat bonus. Sebanyak sepuluh mahasiswa Desain Interior UK Petra membantunya merapikan isi rumah. Mereka menata ulang perabotan di rumah tersebut.

Mereka dibantu mahasiswa dan dosen asing anggota APRCSL dari 18 negara. Kegiatan service learning itu merupakan bentuk kerja sama negara-negara di Asia-Pasifik untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

Dosen Desain Interior UK Petra Purnama Esa Dora menyatakan, kegiatan tersebut merupakan latihan langsung para mahasiswa di lapangan. Esa mencontohkan rumah Yatmi. Selama ini, perempuan paro baya itu tidak memiliki ruang khusus untuk menjahit. Setelah direnovasi, dia memiliki ruang menjahit. Hal tersebut merupakan salah satu detail yang diperhitungkan dalam proses renovasi itu.

Sementara itu, Construction Supervisor HFH Surabaya Kristiana Dewi menjelaskan bahwa bantuan tersebut diberikan melalui seleksi. Salah satu faktor yang dipertimbangkan adalah kepemilikan lahan. Sebelumnya, mereka berkonsultasi kepada Pemkot Surabaya dan tokoh masyarakat setempat. ”Pethok D tidak kami loloskan. Kalau lahan itu milik beberapa orang, harus ada surat pernyataan bahwa tanah tersebut dihibahkan untuk satu orang,” terangnya. Setiap rumah mendapatkan dana bantuan perbaikan Rp 15,5 juta.

Selain rumah Yatmi dan Murjiono, ada enam rumah lain di kawasan itu yang mendapatkan bantuan renovasi dari HFH. Masih ada sekitar 50 rumah lagi yang membutuhkan bantuan. Sebelumnya, mereka menyelesaikan 200 rumah di Kelurahan Tegalsari sejak 2015. ”Setelah selesai satu kecamatan, kami akan pindah ke kecamatan lain,” ujarnya. (ant/c6/nda)
SUMBER :jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.