Mengenal Serangan Stroke Mata, Awasi Penglihatan yang Tak Awas

Stroke yang jamak dikenal adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Meski jarang terdengar, stroke ternyata juga bisa menyerang mata. Terlambat penanganan bakal berakibat fatal pada penglihatan.

’’Mata adalah jendela tubuh. Kondisi vaskuler mata menggambarkan kondisi vaskuler seluruh tubuh,’’ kata dr Muhammad Firmansjah SpM(K), dokter spesialis mata Siloam Hospitals Surabaya. Vaskuler adalah sistem pembuluh tempat mengalirnya darah dari jantung dan menyebar ke seluruh jaringan tubuh serta kembali ke jantung.


Serangan stroke mata bukanlah gangguan atau penyakit yang berdiri sendiri. Pasti terdapat penyakit yang mendasari. Di antaranya, penyakit kardiovaskuler, diabetes, hipertensi, ataupun stroke otak. Penyakit tersebut mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah di retina.

Jika diibaratkan sebuah kamera analog, retina adalah filmnya. Retina memerlukan asupan darah untuk bekerja. Terdapat dua penggolongan besar stroke mata. Yakni, central retinal artery occlusion (CRAO) dan central retinal vein occlusion (CRVO). Berikut penjelasannya:

Central Retinal Artery Occlusion (CRAO)
Sesuai dengan namanya, CRAO terjadi pada pembuluh darah arteri atau nadi. Penyakit awalan yang diderita pasien mengakibatkan jaringan pada pembuluh darah terlepas. Potongan jaringan itu kemudian ”berenang-renang” di dalam pembuluh darah hingga akhirnya sampai ke pembuluh darah retina.


Karena berukuran lebih sempit daripada pembuluh darah lainnya, jaringan yang lepas itu menutup pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah tidak lancar. ’’Biasanya, jaringan itu berasal dari tempat yang jauh. Umumnya dari daerah arteri karotis di bagian leher,’’ kata Firmansjah.


Dari situlah gejala stroke mata CRAO muncul. Penglihatan tiba-tiba gelap tanpa disertai nyeri dan perubahan fisik pada mata. ’’Mata pasien tetap putih seperti biasa, tak menjadi merah,’’ ujar Firmansjah.


Oleh karena itu, pasien kerap menyepelekan gejala tersebut. Padahal, pasien hanya memiliki waktu sekitar 90 menit untuk segera ditangani dokter. Lebih dari 90 menit, sel retina rusak dan mati secara ireversibel. Akibatnya, pasien menderita kebutaan permanen. Jika sudah begitu, tim medis tidak bisa memberi tindakan apa pun untuk menolong.

Central Retinal Vein Occlusion (CRVO)
Sedikit berbeda dengan CRAO, CRVO tidak terlalu urgen, tapi lebih sering terjadi. Penyebabnya berbeda, bukan penyumbatan plak dari jaringan pembuluh darah. Di daerah belakang mata terdapat pembuluh darah arteri dan vena sentral. Dua pembuluh darah itu berada dalam satu pembungkus dan bersilangan. Suatu ketika, pembuluh darah arteri mengalami stenosis atau penyempitan.


Apa penyebab stenosis? Kembali lagi ke pemeriksaan lebih lanjut tentang penyakit yang mendasari gangguan tersebut. Arteri yang sudah tidak lagi elastis menggencet pembuluh darah vena yang lebih elastis. Akibatnya, terjadi pembuntuan pada pembuluh darah vena. Ada peningkatan volume darah, tapi vena tidak bisa mengalirkannya dengan lancar. Dinding-dinding vena mengalami kerusakan.


Gejala yang dirasakan pasien adalah penurunan ketajaman penglihatan. Objek di sekitar terlihat kurang jelas. Serupa dengan CRAO, tidak ada rasa nyeri dan perubahan fisik pada mata yang mengikuti. Gejala semakin parah dari hari ke hari. Contohnya, yang awalnya bisa menghitung jari tangan, beberapa hari kemudian hanya bisa melihat lambaian tangan.


Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. ’’Kesembuhan pasien bergantung pada seberapa parah gangguan penglihatannya ketika dibawa ke dokter. Semakin ringan, kemungkinan sembuh seperti awal juga besar,’’ tandas Firmansjah. (adn/c6/ayi)
SUMBER :jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.