Lampu Merah Perkembangan Bicara
Waspadai jika Anak pada...
Usia 3–6 bulan Tidak menanggapi suara di sekitarnya. Ketika diajak berkomunikasi, bayi tidak memandang mata orang yang berbicara. Tidak cooing maupun berteriak untuk mengundang perhatian.
Usia 6–14 bulan Tidak memahami kata sederhana yang sering diucapkan (makan, tidur, duduk, jalan). Sulit mengucapkan kata pendek (2–3 suku kata) dengan jelas. Tidak menanggapi gestur sederhana, seperti melambaikan tangan saat berpisah atau menunjuk ke arah tertentu.
Usia 15–30 bulan Tidak bisa menyebutkan benda familier yang ada di lingkungannya. Mengucapkan kata secara tidak utuh dan tidak jelas. Mengungkapkan keinginan lewat teriakan atau geraman, bukan lewat perkataan. Tidak tertarik pada cerita pendek atau tuturan lainnya.
Hingga usia 36 bulan Sulit memahami perintah kompleks (misalnya,’’cuci tangan, lalu makan’’). Masih menggunakan bahasa bayi. Tidak mengucapkan kalimat dengan lengkap (misalnya, mau –bukannya aku mau sesuatu). Sulit mengingat nada atau lirik lagu pendek maupun mengingat cerita pendek.
Berikut cara membuat si kecil betah berkomunikasi dengan kita.
Gunakan pertanyaan terbuka agar anak terpancing berbicara. Misalnya, ’’Tadi filmnya tentang apa?’’, bukan ’’Filmnya bagus, nggak?’’.
Ajak menyanyikan lagu berlirik simpel bersama-sama.
Tatap mata anak saat berbicara, jangan selingi dengan kegiatan lain.
Batasi penggunaan gawai (gadget). Ketika menggunakan gawai, jangan lupa untuk mendampingi.
Ajak anak melatih otot rahang dengan cara bermain meniup balon atau gelembung sabun dan meniup peluit.
Anak yang mengalami speech delay umumnya tidak bisa menggulung lidah. Untuk mengetahuinya, minta anak menjulurkan lidah di depan kaca atau pancing dengan makanan supaya mau menggulung lidah.
Hindari pemakaian bahasa bayi. Jika si kecil dirasa sulit mengucap kata tertentu, lebih baik ulangi pengucapan.(fam/c14/ayi)
SUMBER : jawapos.com
Usia 3–6 bulan Tidak menanggapi suara di sekitarnya. Ketika diajak berkomunikasi, bayi tidak memandang mata orang yang berbicara. Tidak cooing maupun berteriak untuk mengundang perhatian.
Usia 6–14 bulan Tidak memahami kata sederhana yang sering diucapkan (makan, tidur, duduk, jalan). Sulit mengucapkan kata pendek (2–3 suku kata) dengan jelas. Tidak menanggapi gestur sederhana, seperti melambaikan tangan saat berpisah atau menunjuk ke arah tertentu.
Usia 15–30 bulan Tidak bisa menyebutkan benda familier yang ada di lingkungannya. Mengucapkan kata secara tidak utuh dan tidak jelas. Mengungkapkan keinginan lewat teriakan atau geraman, bukan lewat perkataan. Tidak tertarik pada cerita pendek atau tuturan lainnya.
Hingga usia 36 bulan Sulit memahami perintah kompleks (misalnya,’’cuci tangan, lalu makan’’). Masih menggunakan bahasa bayi. Tidak mengucapkan kalimat dengan lengkap (misalnya, mau –bukannya aku mau sesuatu). Sulit mengingat nada atau lirik lagu pendek maupun mengingat cerita pendek.
Berikut cara membuat si kecil betah berkomunikasi dengan kita.
Gunakan pertanyaan terbuka agar anak terpancing berbicara. Misalnya, ’’Tadi filmnya tentang apa?’’, bukan ’’Filmnya bagus, nggak?’’.
Ajak menyanyikan lagu berlirik simpel bersama-sama.
Tatap mata anak saat berbicara, jangan selingi dengan kegiatan lain.
Batasi penggunaan gawai (gadget). Ketika menggunakan gawai, jangan lupa untuk mendampingi.
Ajak anak melatih otot rahang dengan cara bermain meniup balon atau gelembung sabun dan meniup peluit.
Anak yang mengalami speech delay umumnya tidak bisa menggulung lidah. Untuk mengetahuinya, minta anak menjulurkan lidah di depan kaca atau pancing dengan makanan supaya mau menggulung lidah.
Hindari pemakaian bahasa bayi. Jika si kecil dirasa sulit mengucap kata tertentu, lebih baik ulangi pengucapan.(fam/c14/ayi)
SUMBER : jawapos.com
Tidak ada komentar: