Kuota Bidikmisi Bisa Bertambah
Minimnya kuota penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMA/SMK Jawa Timur untuk siswa miskin terus disorot. Karena itu, banyak masukan agar penetapan kuota 8 persen bukan harga mati. Banyak yang berharap persentase yang telah ditetapkan bisa didongkrak.
Rupanya, hal tersebut juga diamini Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Jawa Timur Saiful Rachman. Dia menyatakan, siswa miskin bisa masuk SMA/SMK melalui jalur bidikmisi. Berdasar juknis, kuotanya ditetapkan 3 persen dari jumlah siswa yang diterima. ’’Ini kuota beasiswa khusus yang diberikan untuk SMA/SMK di Jatim,’’ jelasnya.
Meski telah ditetapkan, kuota bidikmisi tersebut bisa saja berubah dengan mengikuti kondisi pelaksanaan PPDB. Terutama dari segi jumlah pendaftar. Bila jumlah pendaftar di jalur siswa miskin berprestasi membeludak, bisa jadi kuota bidikmisi juga bertambah. Dengan begitu, siswa berprestasi tetap memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan.
Untuk dapat mengikuti seleksi jalur bidikmisi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi siswa. Di antaranya mengenai surat keterangan tidak mampu (SKTM) dan memiliki nilai rata-rata ujian nasional (unas) tinggi. Nilai rata-rata unas siswa harus mencapai 8,5. Jumlah rata-rata tersebut dikeruncutkan lagi dengan syarat tambahan. Yakni, nilai siswa tidak boleh kurang dari 7,0. Standar nilai itu digunakan agar siswa yang diterima melalui jalur bidikmisi benar-benar selektif.
Persyaratan yang sulit tersebut dinilai cukup wajar karena fasilitas yang diberikan kepada siswa bidikmisi memang berbeda. Selain bebas SPP, siswa bidikmisi akan mendapat biaya tambahan sebagai penunjang pendidikan.
Saiful menerangkan, besaran beasiswa bidikmisi tersebut saat ini masih dibahas Pemprov Jatim. Namun, dia memastikan, beasiswa berupa biaya pendidikan itu akan diberikan setiap triwulan sekali. ’’Per tiga bulan, siswa akan mendapatkannya,’’ tuturnya.
Keputusan Dispendik Jatim memberikan beasiswa bidikmisi itu dilakukan untuk memompa semangat belajar siswa di Jatim. ’’Di tengah keterbatasan, ternyata banyak siswa juga mampu berprestasi. Salah satu buktinya ya dari hasil nilai unas mereka itu,’’ jelasnya.
Melalui mekanisme bidikmisi itu pula, ke depan bibit unggul pendidikan Jatim semakin terlihat. Dengan bidikmisi, siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu bisa mengakses pendidikan menengah. Nah, setelah lulus, diharapkan siswa jalur tersebut bisa melanjutkan di perguruan tinggi dan mendapat beasiswa yang sama. ’’Jalur bidikmisi SMA/SMK ini istilahnya sebagai penghubung,’’ ujarnya.
Selain dari kondisi ekonomi dan prestasi, dalam seleksi bidikmisi nanti syarat zonasi tetap berlaku. Siswa yang memilih bersekolah di lingkungan yang dekat dengan rumah tinggal memiliki peluang lebih besar. Syarat tersebut tetap diterapkan agar siswa di lingkungan sekolah yang tidak mampu dapat mengakses pendidikan.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jatim Ichwan Sumadi mengapresiasi jalur baru yang diterapkan Dispendik Jatim itu. Menurut dia, melalui jalur tersebut, akses siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu akan semakin besar.
Meski sepakat, Ichwan menyarankan mekanisme pemberian beasiswa tersebut tetap dibuat secara sistematis dan terukur. Tujuannya, beasiswa tetap tepat sasaran. ’’Jangan sampai jalur tersebut dipakai untuk ajang titipan,’’ terangnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Jatim Prof Akh. Muzakki mengatakan, bidikmisi SMA/SMK merupakan program yang hanya ada di Jawa Timur. Dalam hal ini, dewan pendidikan memberikan dorongan berupa penyusunan pedoman pelaksanaannya. ’’Pedomannya sudah jadi, tinggal sosialisasi saja,’’ tuturnya.
Pria yang akrab disapa Zaki itu menjelaskan, saat ini Pemprov Jatim juga siap menganggarkan biaya untuk beasiswa bidikmisi. Setiap anak akan mendapat dana Rp 300 ribu per bulan. Dana tersebut dibayarkan untuk menutupi biaya sekolah. Sisanya uang saku yang menunjang pendidikan.
Mekanisme pembiayaannya nanti diserahkan tim. Ada dua tim yang bertugas. Yakni, tim pengelola level provinsi dan tim pengelola level sekolah. Dana akan disalurkan melalui tim-tim tersebut.
Zaki menyatakan, bidikmisi merupakan program untuk memperluas aksesibilitas melalui akselerasi mutu. Wujudnya berbentuk beasiswa. Karena itu, penerima aliran dana itu harus terseleksi dengan baik. ’’Tidak hanya miskin, tapi juga berprestasi,’’ ujarnya.
Terkait dengan kuota penerimaan, Zaki menjelaskan bahwa hal tersebut bergantung pada beberapa faktor. Salah satunya mempertimbangkan distribusi akses dan akselerasi mutu paket beasiswa. Ada juga faktor tingkat kepadatan penduduk. Karena itu, bisa jadi satu daerah dengan daerah lainnya di Jatim mendapat porsi berbeda.
Mengenai teknis pendaftaran, para calon peserta bisa mengaksesnya melalui website PPDB Jatim. Saat ini dewan pendidikan terus mendorong Dinas Pendidikan Jatim untuk segera memperbaiki fitur website. Dengan begitu, pilihan PPDB melalui bidikmisi bisa segera diakses siswa. (elo/ant/c19/git)
SUMBER :jawapos.com
Rupanya, hal tersebut juga diamini Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Jawa Timur Saiful Rachman. Dia menyatakan, siswa miskin bisa masuk SMA/SMK melalui jalur bidikmisi. Berdasar juknis, kuotanya ditetapkan 3 persen dari jumlah siswa yang diterima. ’’Ini kuota beasiswa khusus yang diberikan untuk SMA/SMK di Jatim,’’ jelasnya.
Meski telah ditetapkan, kuota bidikmisi tersebut bisa saja berubah dengan mengikuti kondisi pelaksanaan PPDB. Terutama dari segi jumlah pendaftar. Bila jumlah pendaftar di jalur siswa miskin berprestasi membeludak, bisa jadi kuota bidikmisi juga bertambah. Dengan begitu, siswa berprestasi tetap memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan.
Untuk dapat mengikuti seleksi jalur bidikmisi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi siswa. Di antaranya mengenai surat keterangan tidak mampu (SKTM) dan memiliki nilai rata-rata ujian nasional (unas) tinggi. Nilai rata-rata unas siswa harus mencapai 8,5. Jumlah rata-rata tersebut dikeruncutkan lagi dengan syarat tambahan. Yakni, nilai siswa tidak boleh kurang dari 7,0. Standar nilai itu digunakan agar siswa yang diterima melalui jalur bidikmisi benar-benar selektif.
Persyaratan yang sulit tersebut dinilai cukup wajar karena fasilitas yang diberikan kepada siswa bidikmisi memang berbeda. Selain bebas SPP, siswa bidikmisi akan mendapat biaya tambahan sebagai penunjang pendidikan.
Saiful menerangkan, besaran beasiswa bidikmisi tersebut saat ini masih dibahas Pemprov Jatim. Namun, dia memastikan, beasiswa berupa biaya pendidikan itu akan diberikan setiap triwulan sekali. ’’Per tiga bulan, siswa akan mendapatkannya,’’ tuturnya.
Keputusan Dispendik Jatim memberikan beasiswa bidikmisi itu dilakukan untuk memompa semangat belajar siswa di Jatim. ’’Di tengah keterbatasan, ternyata banyak siswa juga mampu berprestasi. Salah satu buktinya ya dari hasil nilai unas mereka itu,’’ jelasnya.
Melalui mekanisme bidikmisi itu pula, ke depan bibit unggul pendidikan Jatim semakin terlihat. Dengan bidikmisi, siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu bisa mengakses pendidikan menengah. Nah, setelah lulus, diharapkan siswa jalur tersebut bisa melanjutkan di perguruan tinggi dan mendapat beasiswa yang sama. ’’Jalur bidikmisi SMA/SMK ini istilahnya sebagai penghubung,’’ ujarnya.
Selain dari kondisi ekonomi dan prestasi, dalam seleksi bidikmisi nanti syarat zonasi tetap berlaku. Siswa yang memilih bersekolah di lingkungan yang dekat dengan rumah tinggal memiliki peluang lebih besar. Syarat tersebut tetap diterapkan agar siswa di lingkungan sekolah yang tidak mampu dapat mengakses pendidikan.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jatim Ichwan Sumadi mengapresiasi jalur baru yang diterapkan Dispendik Jatim itu. Menurut dia, melalui jalur tersebut, akses siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu akan semakin besar.
Meski sepakat, Ichwan menyarankan mekanisme pemberian beasiswa tersebut tetap dibuat secara sistematis dan terukur. Tujuannya, beasiswa tetap tepat sasaran. ’’Jangan sampai jalur tersebut dipakai untuk ajang titipan,’’ terangnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Jatim Prof Akh. Muzakki mengatakan, bidikmisi SMA/SMK merupakan program yang hanya ada di Jawa Timur. Dalam hal ini, dewan pendidikan memberikan dorongan berupa penyusunan pedoman pelaksanaannya. ’’Pedomannya sudah jadi, tinggal sosialisasi saja,’’ tuturnya.
Pria yang akrab disapa Zaki itu menjelaskan, saat ini Pemprov Jatim juga siap menganggarkan biaya untuk beasiswa bidikmisi. Setiap anak akan mendapat dana Rp 300 ribu per bulan. Dana tersebut dibayarkan untuk menutupi biaya sekolah. Sisanya uang saku yang menunjang pendidikan.
Mekanisme pembiayaannya nanti diserahkan tim. Ada dua tim yang bertugas. Yakni, tim pengelola level provinsi dan tim pengelola level sekolah. Dana akan disalurkan melalui tim-tim tersebut.
Zaki menyatakan, bidikmisi merupakan program untuk memperluas aksesibilitas melalui akselerasi mutu. Wujudnya berbentuk beasiswa. Karena itu, penerima aliran dana itu harus terseleksi dengan baik. ’’Tidak hanya miskin, tapi juga berprestasi,’’ ujarnya.
Terkait dengan kuota penerimaan, Zaki menjelaskan bahwa hal tersebut bergantung pada beberapa faktor. Salah satunya mempertimbangkan distribusi akses dan akselerasi mutu paket beasiswa. Ada juga faktor tingkat kepadatan penduduk. Karena itu, bisa jadi satu daerah dengan daerah lainnya di Jatim mendapat porsi berbeda.
Mengenai teknis pendaftaran, para calon peserta bisa mengaksesnya melalui website PPDB Jatim. Saat ini dewan pendidikan terus mendorong Dinas Pendidikan Jatim untuk segera memperbaiki fitur website. Dengan begitu, pilihan PPDB melalui bidikmisi bisa segera diakses siswa. (elo/ant/c19/git)
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: