Ciptakan Aksesori dari Lumpur Lapindo
Sebelas tahun sudah lumpur Lapindo menyembur dan menutupi sebagian kawasan Porong, Sidoarjo. Hingga Senin (29/5), dampak kebocoran pipa gas itu masih dirasakan warga. Prihatin dengan kondisi tersebut, Zaizul Zakaria mencetuskan ide untuk membantu warga terdampak bencana itu.
Mahasiswa semester akhir Desain Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut berupaya menjadikan lumpur agar sedikit bermanfaat untuk masyarakat. Sejak 2016 dia meneliti lumpur untuk dijadikan benda bermanfaat dan bernilai jual.
Dengan mengusung nama Luido, dia menciptakan berbagai aksesori dari bahan lumpur Lapindo. Ada jam tangan, liontin kalung, hingga hiasan rumah. Semua berasal dari lumpur. ’’Tinggal ditambah cat supaya warnanya semakin menarik,’’ ujarnya.
Mahasiswa semester akhir Desain Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut berupaya menjadikan lumpur agar sedikit bermanfaat untuk masyarakat. Sejak 2016 dia meneliti lumpur untuk dijadikan benda bermanfaat dan bernilai jual.
Dengan mengusung nama Luido, dia menciptakan berbagai aksesori dari bahan lumpur Lapindo. Ada jam tangan, liontin kalung, hingga hiasan rumah. Semua berasal dari lumpur. ’’Tinggal ditambah cat supaya warnanya semakin menarik,’’ ujarnya.
Setiap barang dibanderol dengan harga beragam, sekitar Rp 120 ribu–Rp 500 ribu. Bergantung banyaknya lumpur yang digunakan dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.
Meski demikian, tidak semua lumpur bisa digunakan untuk membuat aksesori tersebut. Mahasiswa yang akrab disapa Zul itu mengambil lumpur yang dekat dengan semburan. Setidaknya 200 meter dari pusat semburan. Sebab, kondisinya masih lunak dan mudah dibentuk.
Untuk mengambil lumpur yang dekat dengan semburan, Zul dibantu warga sekitar. Dia menjamin lumpur tersebut aman. Kemudian, Zul meneliti cara paling sederhana untuk membuat aksesori dari bahan itu.
Kini Zul telah menemukan caranya. Namun, dia belum bisa membeberkannya. Dalam waktu dekat, dia menyosialisasikan penemuannya kepada warga sekitar. ’’Jadi, mereka nanti bisa bikin sendiri untuk membantu ekonomi,’’ tutur mahasiswa asli Lumajang itu.
Sebelumnya, penelitian Zul lolos mendapatkan dana program kreativitas mahasiswa (PKM). Dana yang cair hingga kini tercatat Rp 8 juta. (ant/c15/jan).
Meski demikian, tidak semua lumpur bisa digunakan untuk membuat aksesori tersebut. Mahasiswa yang akrab disapa Zul itu mengambil lumpur yang dekat dengan semburan. Setidaknya 200 meter dari pusat semburan. Sebab, kondisinya masih lunak dan mudah dibentuk.
Untuk mengambil lumpur yang dekat dengan semburan, Zul dibantu warga sekitar. Dia menjamin lumpur tersebut aman. Kemudian, Zul meneliti cara paling sederhana untuk membuat aksesori dari bahan itu.
Kini Zul telah menemukan caranya. Namun, dia belum bisa membeberkannya. Dalam waktu dekat, dia menyosialisasikan penemuannya kepada warga sekitar. ’’Jadi, mereka nanti bisa bikin sendiri untuk membantu ekonomi,’’ tutur mahasiswa asli Lumajang itu.
Sebelumnya, penelitian Zul lolos mendapatkan dana program kreativitas mahasiswa (PKM). Dana yang cair hingga kini tercatat Rp 8 juta. (ant/c15/jan).
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: