Ekskul Film Indie Bikin Murid Mandiri dan Kemampuan Berkembang

Pembuatan film indie turut mencuatkan nama SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Berkat film karya siswa tersebut, sejumlah penghargaan didapat.

DI perpustakaan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Senin (29/5), Donny Indra Kusuma bercerita tentang film Mak Crit Mak Plekentur yang diproduseri. Film yang digarap belasan anak kelas V dan kelas VI itu berkisah tentang Fajar dan Vero, si anak kota, saat berlibur ke desa. ’’Dua anak ini bermain ke sawah dan bertemu Fatur, si anak desa. Mereka bertiga bermain bersama,’’ ujarnya.

Dalam film tersebut, mereka ditampilkan tengah menikmati penganan bernama gatot. Mereka juga memainkan tari jaranan. Di sisi lain, Fatur juga diajari cara menggunakan pomade. ’’Film humor mengenai kehidupan sehari-hari. Ending-nya mereka bersama-sama ke masjid,’’ kata siswa kelas VI Umar tersebut.

Selain film itu, terdapat belasan karya lainnya yang sudah mereka buat. Di antaranya, Batik Safira, Jangan Tahayul, Memancing Kesabaran, dan Gotri. ’’Minimal dalam satu semester itu anak-anak ekskul film indie bisa membuat dua film,’’ tutur pembimbing ekskul film indie Fajar Rosyidah.

Tiga film tersebut pernah mendapatkan penghargaan tingkat nasional dalam Muhammadiyah Education Award. Film berjudul Batik Safira menjadi runner-up lomba film pada 2013. Adapun Jangan Tahayul mendapat runner-up pada 2014. Film MemancingKesabaran berhasil menjadi juara III dalam event serupa pada 2015.

’’Tahun 2016 tidak ada kompetisinya,’’ kata Rosyidah, sapaan akrab Fajar Rosyidah. Kompetisi film tingkat SD masih sangat jarang di tingkat Jawa Timur maupun nasional. ’’Itu saja kami ikut lomba tingkat junior. Saingannya anak-anak SMP juga,’’ tambahnya.

Untuk mengikuti ekskul tersebut, siswa harus lolos audisi. Salah satunya yang punya bekal tentang dunia perfilman dan kemauan tinggi. ’’Saat audisi itu juga langsung ditentukan, tergabung dalam kelompok produksi atau kelompok talent,’’ ucap Rosyidah.

Misalnya, saat audisi pandai bermain peran dan bisa memainkan beragam ekspresi wajah, bisa jadi siswa tersebut masuk kelompok talent. Sementara itu, yang punya kemampuan mengoperasikan kamera, berimajinasi tinggi untuk membuat cerita, dan bisa dasar editing bisa jadi masuk kelompok produksi. ’’Nah, nanti pembinaannya berbeda,’’ lanjutnya.

Siswa yang masuk kelompok talent akan belajar olah rasa dan memerankan beragam karakter. Adapun kelompok produksi akan diajari cara pengambilan gambar, lighting dan sound, editing, menjadi produser, serta sutradara.

Beragam manfaat didapat siswa dengan ikut ekskul. Salah satunya, melatih jiwa kepemimpinan seperti berkoordinasi dengan rekan yang lain. Mereka juga harus berani. Misalnya, saat butuh aktor satpam maupun orang tua. Mereka sendiri yang meminta langsung ke petugas satpam atau guru di sekolah untuk membantu menjadi talent. ’’Hampir seluruh guru pernah masuk film buatan anak-anak,’’ ungkap Kepala SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo Enik Chairul Umah. (uzi/c15/ai)
SUMBER :jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.