Ajarkan Bahasa Ibu untuk Anak Sebelum Kenal Aksara

Indonesia masih menghadapi masalah literasi. Diantaranya terkait pengggunaan bahasa ibu yang masih kental. Untuk menyesuaikannya, Kemendikbud menghadirkan 61 judul buku berbasis bahasa ibu untuk anak-anak PAUD.

Secara resmi buku-buku PAUD berbahasa ibu itu diluncurkan hari ini (10/5) di Jakarta. Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kemendikbud Ella Yulaelawati menuturkan, pihaknya  sengaja membuat buku itu untuk pengenalan pra-keaksaraan.
Harapannya supaya memudahkan komuikasi dan interaksi serta menunjang pengembangan kemampuan berbahasa, sosial, dan koginitif peserta didik. Serta menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya.

Ella meyakini buku bahasa ibu bahan belajar sambil bermain ini dapat mengembangkan potensi anak usia dini dan menumbuhkan budi pekerti. Untuk itu disusun bahan belajar sambil bermain yang dapat digunakan pada pendidikan anak usia dini (PAUD). "Bahan belajar sambil bermain ini terdiri atas lagu, buku cerita dan video tari,” ujar Ella.

Sebanyak 53 dari 61 cerita berbahasa ibu yang dibukukan tersebut antara lain; bahasa Minang Solok, Sunda, Betawi, Tasik, Pekalongan, Tegal, dan Jogyakarta. Kemudian Cianjur, Tanggerang, Lampung, Madura, Bogor, Pandeglang, Solo, Surabaya, Bali, Sasak, Minang, Bekasi, dan Cirebon.

Kemudian Sukabumi, Garut, Subang, Indramayu, Badui, Banten, Serang, Kangean, Kediri, Banyuwangi, Banda Aceh, Aceh Selatan, Batak Karo, Batak Toba, Simalungun, Melayu, dan lain sebagainya.

Penerbitan buku ini, lanjut Ella, dirasakan sangat positif dan mampu memberikan kesempatan kepada anak-anak yang memiliki kecerdasan linguistik (bahasa) untuk menyampaikan cerita dengan cara unik, asyik, dan menyenangkan. Terlebih yang diceritakan cerita yang sudah sangat dekat kehidupan anak-anak.

Menurutnya anak-anak sekarang lebih gemar menonton kartun atau memain gadget. Mereka bisa mempraktikkan langsung tanpa harus bersusah payah mengimajinasikannya. Misalnya dalam kartun, mereka bisa langsung mengenal tokoh-tokohnya, alur cerita, musik, dan visualisasinya yang nyaris sempurna. Sehingga kurang merangsang daya imajinasi anak. (wan/JPK)
SUMBER :jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.