Ini Kegunaan Tes Bakat Anak sejak Dini
Menyadari potensi diri sejak dini memang penting. Semakin lama banyak orang ingin mengetahui potensinya atau anak-anaknya. Caranya, dengan mengikuti tes bakat minat yang mereka lakukan atas inisiatif sendiri. Pakar psikologi Universitas Airlangga Herdina mengatakan, test bakat minat tidak hanya digunakan untuk instansi dan pemilihan penjurusan, anak usia balita pun ikut tes ini.
Biasanya, orang tua yang mempunyai anak-anak kecil tersebut sengaja melakukannya untuk sekedar mengetahui kemampuan anak. Arahnya, orang tua bisa memberikan stimulus yang tepat untuk anaknya. Contohnya, setelah tes diketahui bakat anak mengarah pada hal-hal berbau seni musik.
Dari situ orang tua bisa memberikan stimulus serupa. Seperti mengikutkan anaknya les alat musik. ’’Itu yang dimaksud memberikan stimulus tepat. Lebih efektif daripada semua ikut,’’ imbuhnya.
Bila memaksakan ikut banyak kegiatan, takutnya orang tua juga menuntut anak juga memberikan hasil berupa prestasi. Apalagi, sekarang fasilitas ikut beragam les tersedia. Bila orang tua tidak pintar menyeleksi mana kegiatan yang pas untuk anaknya, si anak yang merasakan dampaknya.
’’Sebaiknya tidak ikut-ikutan kalau sekarang sedang musim anak-anak ikut kontes menyanyi, kecuali kalau anaknya memang benar-benar punya bakat disitu,’’ imbuh perempuan yang juga dosen jurusan psikologi Unair tersebut.
Instrumen untuk menilai bakat dan minat balita juga khusus dan lebih fleksibel. Bisa dengan assasment atau identifikasi ditambah dengan observasi. Nah, dalam masa-masa identifikasi ini, Herdina kini banyak menemui kendala. Karena anak-anak sekarang terbiasa bermain dengan gadget.
Akhirnya ada gerakan yang berhubungan dengan motorik halus belum muncul. Misalnya saat anak disuruh menggambar. Anak yang tidak dibiasakan menggunakan gadget hasilnya bisa lebih maksimal.
Sejauh mana cara dia menggenggam pensil, mengerti tebal dan tipis arsiran, dan lainnya. Hal itu tidak akan muncul pada balita yang terbiasa menggunakan gadget untuk menggambar dan melakukan permainan lainnya. ’’Saya banyak menemukan kendala itu sekarang,’’ terangnya.
Yang tidak kalah penting, psikolog juga melakukan wawancara dengan orang tua anak. Secara tidak langsung psikolog bisa mengetahui bakat anak karena selama ini orang tua sadar atau tidak sudah melakukan observasi keseharian anak.
Selain banyak diakses oleh orang tua yang punya anak kecil, tes bakat dan minat secara individual juga banyak dilakukan oleh para remaja yang ingin mempersiapkan kuliah mereka. Sependapat dengan Herdina. (ina/tia)
SUMBER :jawapos.com
Biasanya, orang tua yang mempunyai anak-anak kecil tersebut sengaja melakukannya untuk sekedar mengetahui kemampuan anak. Arahnya, orang tua bisa memberikan stimulus yang tepat untuk anaknya. Contohnya, setelah tes diketahui bakat anak mengarah pada hal-hal berbau seni musik.
Dari situ orang tua bisa memberikan stimulus serupa. Seperti mengikutkan anaknya les alat musik. ’’Itu yang dimaksud memberikan stimulus tepat. Lebih efektif daripada semua ikut,’’ imbuhnya.
Bila memaksakan ikut banyak kegiatan, takutnya orang tua juga menuntut anak juga memberikan hasil berupa prestasi. Apalagi, sekarang fasilitas ikut beragam les tersedia. Bila orang tua tidak pintar menyeleksi mana kegiatan yang pas untuk anaknya, si anak yang merasakan dampaknya.
’’Sebaiknya tidak ikut-ikutan kalau sekarang sedang musim anak-anak ikut kontes menyanyi, kecuali kalau anaknya memang benar-benar punya bakat disitu,’’ imbuh perempuan yang juga dosen jurusan psikologi Unair tersebut.
Instrumen untuk menilai bakat dan minat balita juga khusus dan lebih fleksibel. Bisa dengan assasment atau identifikasi ditambah dengan observasi. Nah, dalam masa-masa identifikasi ini, Herdina kini banyak menemui kendala. Karena anak-anak sekarang terbiasa bermain dengan gadget.
Akhirnya ada gerakan yang berhubungan dengan motorik halus belum muncul. Misalnya saat anak disuruh menggambar. Anak yang tidak dibiasakan menggunakan gadget hasilnya bisa lebih maksimal.
Sejauh mana cara dia menggenggam pensil, mengerti tebal dan tipis arsiran, dan lainnya. Hal itu tidak akan muncul pada balita yang terbiasa menggunakan gadget untuk menggambar dan melakukan permainan lainnya. ’’Saya banyak menemukan kendala itu sekarang,’’ terangnya.
Yang tidak kalah penting, psikolog juga melakukan wawancara dengan orang tua anak. Secara tidak langsung psikolog bisa mengetahui bakat anak karena selama ini orang tua sadar atau tidak sudah melakukan observasi keseharian anak.
Selain banyak diakses oleh orang tua yang punya anak kecil, tes bakat dan minat secara individual juga banyak dilakukan oleh para remaja yang ingin mempersiapkan kuliah mereka. Sependapat dengan Herdina. (ina/tia)
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: