Dry Geopolymer Pengganti Semen
Isu perusakan lingkungan dan pencemaran udara telah lama mengiringi proses pembuatan semen. Karena itu, dibutuhkan terobosan untuk mengganti proses tersebut dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya, dry geopolymer cement karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Penelitian tersebut dilakukan Abdul Karim Yasin sejak November 2016. Mahasiswa semester VIII D-4 Teknik Infrastruktur Sipil ITS itu dibimbing dua dosen. Yakni, Ridho Bayuaji dan Tri Eddy Susanto.
Karim menjelaskan, dry geopolymer buatannya berasal dari tiga bahan. Yakni, abu terbang sebagai bahan utama. Abu terbang berasal dari hasil pembakaran batu bara di pembangkit listrik tenaga uap. Dalam hal ini, Karim mendapatkan bahan tersebut dari pembangkit listrik di Paiton.
Selain itu, ada sodium hidroksida dan sodium silikat. Tiga bahan tersebut dicampur dengan komposisi tertentu hingga menghasilkan butiran mirip pasir lembut sebagai pengganti semen. ”Penggunaannya sama seperti semen, tinggal ditambah air,” terangnya.
Menurut Karim, proses yang paling sulit dalam penelitiannya adalah tahap menentukan komposisi yang tepat. Salah sedikit saja, adonan bisa terlalu lembek atau terlalu encer. Namun, kini dia sudah menemukan takaran yang pas. ”Jadi, orang awam juga tetap bisa memakainya, tidak perlu menghitung lagi,” imbuhnya.
Karim menerangkan, bahan geopolymer cocok untuk pembuatan beton bangunan tinggi. Kuat tekannya adalah pada umur 14 tahun dengan kekuatan 42 Mpa. Bahan itu juga tahan terhadap lingkungan air laut, suhu tinggi, dan sulfat. Yang terpenting, bahan tersebut semakin kuat jika terkena panas api. ”Jadi, bangunan lebih tahan ketika terjadi kebakaran,” ungkap mahasiswa asal Gresik tersebut.
Sementara itu, dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Ir Putu Rudy Satiawan mengatakan, penelitian terbaru yang ramah lingkungan semakin dibutuhkan pada era saat ini. Dia mendorong para mahasiswa untuk mencari inovasi penelitian yang erat dengan keadaan di sekitar. (ant/c7/nda)
SUMBER :jawapos.com
Penelitian tersebut dilakukan Abdul Karim Yasin sejak November 2016. Mahasiswa semester VIII D-4 Teknik Infrastruktur Sipil ITS itu dibimbing dua dosen. Yakni, Ridho Bayuaji dan Tri Eddy Susanto.
Karim menjelaskan, dry geopolymer buatannya berasal dari tiga bahan. Yakni, abu terbang sebagai bahan utama. Abu terbang berasal dari hasil pembakaran batu bara di pembangkit listrik tenaga uap. Dalam hal ini, Karim mendapatkan bahan tersebut dari pembangkit listrik di Paiton.
Selain itu, ada sodium hidroksida dan sodium silikat. Tiga bahan tersebut dicampur dengan komposisi tertentu hingga menghasilkan butiran mirip pasir lembut sebagai pengganti semen. ”Penggunaannya sama seperti semen, tinggal ditambah air,” terangnya.
Menurut Karim, proses yang paling sulit dalam penelitiannya adalah tahap menentukan komposisi yang tepat. Salah sedikit saja, adonan bisa terlalu lembek atau terlalu encer. Namun, kini dia sudah menemukan takaran yang pas. ”Jadi, orang awam juga tetap bisa memakainya, tidak perlu menghitung lagi,” imbuhnya.
Karim menerangkan, bahan geopolymer cocok untuk pembuatan beton bangunan tinggi. Kuat tekannya adalah pada umur 14 tahun dengan kekuatan 42 Mpa. Bahan itu juga tahan terhadap lingkungan air laut, suhu tinggi, dan sulfat. Yang terpenting, bahan tersebut semakin kuat jika terkena panas api. ”Jadi, bangunan lebih tahan ketika terjadi kebakaran,” ungkap mahasiswa asal Gresik tersebut.
Sementara itu, dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Ir Putu Rudy Satiawan mengatakan, penelitian terbaru yang ramah lingkungan semakin dibutuhkan pada era saat ini. Dia mendorong para mahasiswa untuk mencari inovasi penelitian yang erat dengan keadaan di sekitar. (ant/c7/nda)
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: