Kampus UI Kembangkan Riset Penanggulangan Bencana


Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta perguruan tinggi untuk lebih banyak meningkatkam riset tentang penanggulangan bencana. Sebab, Indonesia merupakan negara kepulauan yang rawan bencana. Tujuannya, dampak yang ditimbulkan dapat diantisipasi.

Menanggap permintaan itu, Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis menegaskan, UI sudah sering melakukan berbagai riset dan hasil karya untuk menanggulangi berbagai bencana. Dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Riset Kebencanaan ke-4 tahun 2017 yang dilaksanakan pada Senin (8/5) di Balairung UI kampus Depok, Anis menjelaskan kondisi geografis Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi dunia akademisi.

"Bagi institusi pendidikan, kondisi dan tantangan tersebut dapat dijadikan sebagai laboratorium guna menggali potensi sumber daya pengetahuan Indonesia terkait kebencanaan baik penanggulangan hingga pencegahan,” tegasnya dalam keterangan tertulis Humas dan Kantor Informasi Publik UI.

Menurut Anis kolaborasi dengan pemerintah diharapkan mampu memberikan sumbangsih dan meningkatkan riset penanggulangan bencana. Anis mengklaim sivitas akademika UI telah menghasilkan sejumlah riset inovasi terkait penanganan bencana.

Di antaranya Kapal Tanpa Awak “Makara-05” karya mahasiswa UI yang tergabung dalam AMV–UI yang dapat digunakan sebagai pengganti kerja manusia di permukaan maupun dalam laut guna menunjang aktivitas di bidang seperti keamanan, penelitian bawah laut, serta penanganan bencana. Lalu ada juga, UAV quadcopter–sebuah pesawat helicopter karya mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) UI yang dapat mencari sumber api atau asap di hutan tanpa harus melibatkan manusia untuk terjun langsung ke lokasi.

"Pelaksanaan kegiatan ini dilatarbelakangi atas kenyataan di lapangan bahwa peran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam penanggulangan bencana masih sangat lemah dan parsial. Sedangkan Indonesia merupakan negara dengan resiko, variasi dan skala bencana yang tinggi," tegas Anis.

Contoh yang umum terjadi adalah bencana gempa baik tektonik ataupun vulkanik dan bencana hidrometeorologis. Pemerintah Indonesia telah memasukkan kerentanan bencana sebagai salah satu faktor utama dalam perencanaan regional, seperti yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah 2015-2019.

"Oleh karena itu, dibutuhkan kerja komprehensif dan kolaboratif dari pemerintah baik pusat maupun daerah, sektor privat, akademisi, institusi penelitian, organisasi non pemerintah serta masyarakat itu sendiri," jelasnya.

PIT Riset Kebencanaan merupakan acara tahunan yang bertujuan untuk menggali peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penanggulangan bencana di Indonesia. PIT Riset Kebencanaan pertama kali diselenggarakan di Kota Surabaya pada Juni 2014 dengan menghasilkan dua keputusan penting, yaitu pembentukan organisasi Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) dan rekomendasi kepada calon presiden dan wakil presiden agar memasukkan aspek penanggulangan bencana dalam RPJMN 2015‐2019.

PIT Riset Kebencanaan ke‐2 dilaksanakan di Yogyakarta pada Mei 2015 yang menghasilkan beberapa hal penting diantaranya tersusunnya Roadmap Riset Kebencanaan. Sedangkan PIT Riset Kebencanaan ke-3 diselenggarakan di Bandung, pada Mei 2016. (cr1/JPG)
SUMBER: jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.