Jangan Hanya Paham Soal Gizi, Terpenting Aplikasikan!
Banyak masyarakat paham seputar asupan gizi yang tepat. Di antaranya harus mengandung gizi seimbang seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Namun jangan hanya sekadar paham melainkan juga harus mengaplikasikannya dalam porsi makan setiap hari.
Ahli Gizi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS., MSc., Sp.GK(K) dalam seminar "Nutrition Quotient (NQ): What is it and why does it matter?" menjelaskan tidak hanya cukup pada pengetahuan seseorang mengenai gizi tetapi juga bagaimana seseorang mengaplikasikan pengetahuan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya untuk pertumbuhan saja, gizi dikaitkan dengan hal yang lebih luas.
"Seperti potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja," jelas Fiastuti sebuah dalam diskusi di Jakarta, Senin (8/5).
Fakta masalah status gizi dalam data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, masalah gizi tidak hanya soal tubuh kurus, tetapi pendek dan gemuk juga masih menjadi masalah status gizi di Indonesia. Baik pada anak maupun dewasa.
"Setiap masalah status gizi memiliki risikonya masing-masing," katanya.
Anak dengan riwayat stunting atau tubuh pendek saat balita dapat memiliki kognitif dan performa sekolah bahkan ekonomi lebih buruk. Anak dengan obesitas justru lebih berisiko terkena sindroma metabolik seperti hipertensi, diabetes tipe 2, gangguan lemak.
Kekurangan zat gizi mikro juga masih dihadapi anak Indonesia seperti anemia atau kekurangan zat besi akan berpengaruh negatif pada kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Kekurangan vitamin A menyebabkan gangguan pada mata, daya tahan tubuh dan pertumbuhan. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan gangguan pada tulang.
"Jadi penting tidak hanya cukup tahu soal pengetahuan mengenai gizi tetapi juga bagaimana seseorang mengaplikasikan asupan gizi dalam kehidupan sehari-hari," tegasnya. (cr1/JPG)
SUMBER:jawapos.com
Ahli Gizi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS., MSc., Sp.GK(K) dalam seminar "Nutrition Quotient (NQ): What is it and why does it matter?" menjelaskan tidak hanya cukup pada pengetahuan seseorang mengenai gizi tetapi juga bagaimana seseorang mengaplikasikan pengetahuan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya untuk pertumbuhan saja, gizi dikaitkan dengan hal yang lebih luas.
"Seperti potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja," jelas Fiastuti sebuah dalam diskusi di Jakarta, Senin (8/5).
Fakta masalah status gizi dalam data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, masalah gizi tidak hanya soal tubuh kurus, tetapi pendek dan gemuk juga masih menjadi masalah status gizi di Indonesia. Baik pada anak maupun dewasa.
"Setiap masalah status gizi memiliki risikonya masing-masing," katanya.
Anak dengan riwayat stunting atau tubuh pendek saat balita dapat memiliki kognitif dan performa sekolah bahkan ekonomi lebih buruk. Anak dengan obesitas justru lebih berisiko terkena sindroma metabolik seperti hipertensi, diabetes tipe 2, gangguan lemak.
Kekurangan zat gizi mikro juga masih dihadapi anak Indonesia seperti anemia atau kekurangan zat besi akan berpengaruh negatif pada kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Kekurangan vitamin A menyebabkan gangguan pada mata, daya tahan tubuh dan pertumbuhan. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan gangguan pada tulang.
"Jadi penting tidak hanya cukup tahu soal pengetahuan mengenai gizi tetapi juga bagaimana seseorang mengaplikasikan asupan gizi dalam kehidupan sehari-hari," tegasnya. (cr1/JPG)
SUMBER:jawapos.com
Tidak ada komentar: