Ini Kondisi Fatherless atau Kekurangan Kasih Sayang Ayah
Fenomena fatherless sebenarnya sebuah fenomena yang terjadi di seluruh belahan dunia, tidak hanya di dunia barat saja. Di Indonesia, fenomena ini sebenarnya cukup besar jumlahnya, hanya saja tidak terlihat secara kasat mata, terutama karena adanya budaya ‘aib keluarga tidak untuk diangkat ke publik’.
Psikolog Cicilia Evi mengatakan, kondisi ini dialami oleh banyak keluarga, melintasi usia dan kelas ekonomi. Banyak sekali kisah di masyarakat yang menggambarkan fenomena fatherless. ’’Misalnya seperti sebuah keluarga miskin yang tidak memiliki figur ayah, karena ibunya merupakan istri muda, sehingga ayah harus kembali ke rumah istri pertama. Ada pula keluarga kaya yang kehilangan figur ayah karena ayah tidak memiliki peran sama sekali di dalam keluarga, karena alasan sibuk bekerja, tingkat traveling yang tinggi, atau secara sadar tidak menjadikan keluarga sebagai prioritas,’’ papar Cicilia.
Alasan lain, sepertiperceraian, memiliki anak diluar nikah atau memilih secara sadar untuk membesarkan anak sebagai orangtua tunggal juga merupakan penyebab terjadinya fenomena fatherless di Indonesia.
Cicilia menegaskan, kehadiran orangtua bagi anak tidak dapat dibatasi dalam hal fisik saja, termasuk di dalamnya adalah kehadiran secara sosial, spiritual, finansial, akademis, dan lainnya. Kondisi fatherless biasanya ditandai dengan tidak aktifnya peran serta ayah dalam banyak aspek. ’’Yang harus dipahami, ayah yang memiliki banyak uang dan memberikan banyak materi bagi anak tidak dapat diartikan sebagai ayah yang hadir dalam hidup anak, terutama ketika dia tidak hadir dalam aspek yang lain, tidak pernah bertemu anak secara langsung untuk makan bersama, berdiskusi atau beraktivitas bersama,’’ tegasnya.
Ada banyak anak yang memperoleh nilai jelek di sekolah atau bermasalah secara sosial karena mereka kehilangan figur ayah yang seharusnya dapat menjadi pelindung dan teladan. Mereka menceritakan bahwa ayah mereka sibuk bekerja dan selalu lelah ketika tiba di rumah, dengan kata lain sang ayah tidak dapat melakukan aktivitas bersama ayah. Banyak anak merindukan aktivitas bersepeda bersama ayah, bermain bola, membacakan buku cerita atau sekedar menonton TV bersama. (ina/tia)
SUMBER :jawapos.com
Psikolog Cicilia Evi mengatakan, kondisi ini dialami oleh banyak keluarga, melintasi usia dan kelas ekonomi. Banyak sekali kisah di masyarakat yang menggambarkan fenomena fatherless. ’’Misalnya seperti sebuah keluarga miskin yang tidak memiliki figur ayah, karena ibunya merupakan istri muda, sehingga ayah harus kembali ke rumah istri pertama. Ada pula keluarga kaya yang kehilangan figur ayah karena ayah tidak memiliki peran sama sekali di dalam keluarga, karena alasan sibuk bekerja, tingkat traveling yang tinggi, atau secara sadar tidak menjadikan keluarga sebagai prioritas,’’ papar Cicilia.
Alasan lain, sepertiperceraian, memiliki anak diluar nikah atau memilih secara sadar untuk membesarkan anak sebagai orangtua tunggal juga merupakan penyebab terjadinya fenomena fatherless di Indonesia.
Cicilia menegaskan, kehadiran orangtua bagi anak tidak dapat dibatasi dalam hal fisik saja, termasuk di dalamnya adalah kehadiran secara sosial, spiritual, finansial, akademis, dan lainnya. Kondisi fatherless biasanya ditandai dengan tidak aktifnya peran serta ayah dalam banyak aspek. ’’Yang harus dipahami, ayah yang memiliki banyak uang dan memberikan banyak materi bagi anak tidak dapat diartikan sebagai ayah yang hadir dalam hidup anak, terutama ketika dia tidak hadir dalam aspek yang lain, tidak pernah bertemu anak secara langsung untuk makan bersama, berdiskusi atau beraktivitas bersama,’’ tegasnya.
Ada banyak anak yang memperoleh nilai jelek di sekolah atau bermasalah secara sosial karena mereka kehilangan figur ayah yang seharusnya dapat menjadi pelindung dan teladan. Mereka menceritakan bahwa ayah mereka sibuk bekerja dan selalu lelah ketika tiba di rumah, dengan kata lain sang ayah tidak dapat melakukan aktivitas bersama ayah. Banyak anak merindukan aktivitas bersepeda bersama ayah, bermain bola, membacakan buku cerita atau sekedar menonton TV bersama. (ina/tia)
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: