Server Offline pada Hari Terakhir, Peserta Absen Malah 39 Siswa


Hari terakhir ujian nasional (unas) SMP/MTs sederajat menghadirkan informasi pahit. Jumlah siswa yang absen melonjak dari 28 menjadi 39 anak. Sebagian besar adalah santri di pondok pesantren. Dispendik Gresik pun turun ke sekolah-sekolah untuk mengecek laporan sekolah itu.

Berdasar informasi, rata-rata siswa yang absen berstatus drop out (DO). Mereka merupakan santri pondok pesantren yang notabene berada di bawah naungan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Gresik. Sebagian siswa SMP yang lain berada di lingkungan dispendik.

Kadispendik Gresik Mahin menyatakan, pihaknya akan meneliti penyebab utama siswa hingga tidak mengikuti unas, termasuk kasus DO. Sebab, menurut data sebelumnya, ada 28 siswa yang tidak mengikuti unas. ”Sebagian besar absen karena DO. Ini harus dipilah penyebabnya,” ujarnya.

Mahin mengaku prihatin. Data dan laporan sekolah bakal dipilah-pilah. Yakni, apakah siswa mengundurkan diri atas kemauan sendiri atau ada sebab lain yang tidak diungkapkan sekolah. ”Surat keterangan pengunduran dari wali murid asli atau dibuat-buat oleh sekolah, akan kami cek,” ucapnya.

Di sisi lain, pelaksanaan unas belum terlepas dari kendala teknis. Salah satunya adalah problem server yang offline. Berdasar laporan help desk UNBK Kabupaten Gresik, kendala server offline terpantau di dua lembaga, yaitu SMPN 1 Panceng dan SMP Al-Ikhlas. Hal itu terjadi pada sesi pertama. Yakni, ketika proktor menunggu rilis token untuk memulai pengerjaan soal pukul 07.30.

”Server tiba-tiba offline,” kata Kasi Pembelajaran SMP/MTs Sugeng Istanto Senin (8/5). Siswa pun terlambat mengerjakan soal. Tim help desk Kabupaten Gresik M. Muis menyatakan, kondisi tersebut terjadi karena jaringan internet. Jika menemui kendala itu, server sekolah harus di-restart. ”Syukurlah, sesi kedua dan ketiga tidak bermasalah. Semua lancar,” tuturnya.

Bagaimana evaluasi terhadap UNBK? Mayoritas sekolah menjawab positif. Kepala SMPN 4 Gresik M. Bisri mengaku sangat setuju dengan penerapan UNBK. Ujian berbasis komputer dinilai lebih simpel daripada ujian nasional pensil dan kertas (UNPK). Hanya butuh kerja keras untuk persiapan awal. ”Yang agak berat adalah persiapan tahap awal. Sebab, menyangkut biaya,” terangnya.

Pihak sekolah membutuhkan anggaran Rp 150–200 juta untuk penambahan komputer, AC, instalasi jaringan, hingga peningkatan daya internet. Seluruhnya dianggarkan dari bosda. ”Tapi, yang paling penting adalah integritas. Sebab, unas murni hasil kerja siswa sendiri,” tambah Bisri.

Di sisi lain, UNPK berlangsung lancar. Selama empat hari pelaksanaan, tidak ada isu, laporan, bahkan rumor miring terkait UNPK. Misalnya, terkait kebocoran soal atau beredarnya kunci jawaban unas.

Berdasar pantauan koran ini di MTs Ma’arif Darut Taqwa, Desa Suci, unas dilaksanakan tepat waktu, yaitu pukul 10.30–12.30. Dalam satu ruang ujian, terdapat lima jenis paket soal. Siswa yakin, tidak ada aksi saling sontek antarteman. ’’Kami tahu ada lima jenis soal dari amplop soal. Kami kerja sendiri-sendiri,” ucap Karisma Rohmatul Ummah, salah seorang siswi. (mar/c18/roz/sep/JPG)
SUMBER:jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.