Bingung Imunisasi? Baca Ini Dulu
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Pasti kenal dengan pepatah itu, kan? Banyak cara lho yang bisa kita lakukan agar tubuh terhindar dari penyakit. Salah satunya, imunisasi. Kalian pasti nggak asing. Soalnya, sejak kecil, bahkan masih bayi, kita sering diajak ibu ke posyandu, puskesmas, atau klinik untuk imunisasi.
Katanya, yang dimasukkan dalam tubuh kita itu sebetulnya virus. Tapi, jangan takut karena virus tersebut tidak membahayakan. Supaya tidak bingung, mari mengobrol dengan Prof Dr dr Ismoedijanto DTM&H SpA(K). Beliau adalah dokter spesialis anak di RS Husada Utama, Surabaya, dan anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Dokter Ismoe sudah aktif menjadi dokter selama hampir 40 tahun, lho.
Dok, mengapa imunisasi diberikan? Puluhan tahun lalu, vaksin imunisasi cuma diberikan buat beberapa orang. Tujuannya, orang tersebut tidak terkena penyakit tertentu. Karena hasilnya baik, dokter pun memberikan imunisasi buat semua orang di suatu daerah. Hasilnya, makin sedikit orang yang terkena penyakit. Bahkan, di daerah itu, penyakitnya dinyatakan hilang.
Kenapa imunisasi sering diberikan pada bayi dan anak-anak? Ada dua alasan penting. Pertama, kelahiran bayi adalah peristiwa besar. Ketika lahir, bayi memulai kehidupannya. Karena itu, di seluruh dunia, kelahiran bayi selalu disambut upacara dan doa. Harapannya, bayi tumbuh sehat, panjang umur, dan lain-lain. Tapi, doa juga harus didukung usaha. Salah satunya, lewat imunisasi yang membentengi bayi dari penyakit.
Kedua, bayi lahir tanpa kekebalan tubuh sempurna. Kekebalan tubuh baru terbentuk sempurna ketika berumur 5 tahun. Saat lahir sampai usia 4 bulan, mereka mendapat antibodi alias zat kekebalan tubuh dari sang ibu. Setelah itu, mereka mendapat antibodi dari asupan yang masuk tubuh. Imunisasi diberikan supaya mereka punya benteng melawan penyakit. Selain itu, bayi wajib mendapat air susu ibu (ASI). Sebab, ASI mengandung banyak zat baik yang mendukung kekebalan tubuh.
Saat dewasa, sudah nggak perlu imunisasi, Dok? Kata siapa? Makin bertambah umur, kekebalan tubuh bakal makin turun. Terutama pada lansia. Karena itu, ada beberapa imunisasi yang diberikan untuk dewasa. Misalnya, pemberian vaksin influenza dan radang paru.
Selain itu, imunisasi wajib buat calon ibu. Sebelum mengandung, mereka dianjurkan divaksin. Tujuannya, ibu kebal dari penyakit seperti rubela atau tetanus. Kekebalan itu juga nanti diturunkan kepada anak. Dari penelitian tim dokter kandungan di dunia, imunisasi bisa mencegah kelainan bawaan pada bayi. Ada juga imunisasi khusus yang diberikan sebelum orang-orang dewasa maupun anak-anak pergi ke sebuah wilayah tertentu.
Katanya imunisasi makin bikin sakit, Dok? Itu salah. Vaksin yang diberikan saat imunisasi terus disempurnakan tiap tahun. Jadi, efek sampingnya makin kecil. Beda dengan vaksin zaman dulu, yang bisa bikin badan demam dan nyeri sampai beberapa minggu. Imunisasi sekarang makin canggih dan aman, kok. Bahkan, penderita HIV/AIDS pun boleh diberi vaksin.
Pada bayi ada imunisasi yang diulang sampai 2–3 kali. Apakah itu artinya suntiknya gagal? Pengulangan imunisasi tidak berarti gagal. Pada tubuh, kekebalan terhadap virus tertentu bisa turun dalam hitungan bulan. Apalagi pada bayi yang masih belum punya antibodi. Karena itu, imunisasi dilakukan beberapa kali. Tujuannya, kekebalannya tetap baik.
Apakah imunisasi cuma lewat suntik? Nggak cuma suntik, kok. Imunisasi polio dan rotavirus (infeksi yang menyebabkan diare) diberikan lewat tetes.
Tapi, Dok, disuntik kan sakit… Sakit karena disuntik cuma 2–3 hari, kok. Setelah itu, sehat terus. Pilih mana, disuntik atau menginap di rumah sakit, nggak bisa main dan sekolah? (fam/c7/ayi)
Katanya, yang dimasukkan dalam tubuh kita itu sebetulnya virus. Tapi, jangan takut karena virus tersebut tidak membahayakan. Supaya tidak bingung, mari mengobrol dengan Prof Dr dr Ismoedijanto DTM&H SpA(K). Beliau adalah dokter spesialis anak di RS Husada Utama, Surabaya, dan anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Dokter Ismoe sudah aktif menjadi dokter selama hampir 40 tahun, lho.
Dok, mengapa imunisasi diberikan? Puluhan tahun lalu, vaksin imunisasi cuma diberikan buat beberapa orang. Tujuannya, orang tersebut tidak terkena penyakit tertentu. Karena hasilnya baik, dokter pun memberikan imunisasi buat semua orang di suatu daerah. Hasilnya, makin sedikit orang yang terkena penyakit. Bahkan, di daerah itu, penyakitnya dinyatakan hilang.
Kenapa imunisasi sering diberikan pada bayi dan anak-anak? Ada dua alasan penting. Pertama, kelahiran bayi adalah peristiwa besar. Ketika lahir, bayi memulai kehidupannya. Karena itu, di seluruh dunia, kelahiran bayi selalu disambut upacara dan doa. Harapannya, bayi tumbuh sehat, panjang umur, dan lain-lain. Tapi, doa juga harus didukung usaha. Salah satunya, lewat imunisasi yang membentengi bayi dari penyakit.
Kedua, bayi lahir tanpa kekebalan tubuh sempurna. Kekebalan tubuh baru terbentuk sempurna ketika berumur 5 tahun. Saat lahir sampai usia 4 bulan, mereka mendapat antibodi alias zat kekebalan tubuh dari sang ibu. Setelah itu, mereka mendapat antibodi dari asupan yang masuk tubuh. Imunisasi diberikan supaya mereka punya benteng melawan penyakit. Selain itu, bayi wajib mendapat air susu ibu (ASI). Sebab, ASI mengandung banyak zat baik yang mendukung kekebalan tubuh.
Saat dewasa, sudah nggak perlu imunisasi, Dok? Kata siapa? Makin bertambah umur, kekebalan tubuh bakal makin turun. Terutama pada lansia. Karena itu, ada beberapa imunisasi yang diberikan untuk dewasa. Misalnya, pemberian vaksin influenza dan radang paru.
Selain itu, imunisasi wajib buat calon ibu. Sebelum mengandung, mereka dianjurkan divaksin. Tujuannya, ibu kebal dari penyakit seperti rubela atau tetanus. Kekebalan itu juga nanti diturunkan kepada anak. Dari penelitian tim dokter kandungan di dunia, imunisasi bisa mencegah kelainan bawaan pada bayi. Ada juga imunisasi khusus yang diberikan sebelum orang-orang dewasa maupun anak-anak pergi ke sebuah wilayah tertentu.
Katanya imunisasi makin bikin sakit, Dok? Itu salah. Vaksin yang diberikan saat imunisasi terus disempurnakan tiap tahun. Jadi, efek sampingnya makin kecil. Beda dengan vaksin zaman dulu, yang bisa bikin badan demam dan nyeri sampai beberapa minggu. Imunisasi sekarang makin canggih dan aman, kok. Bahkan, penderita HIV/AIDS pun boleh diberi vaksin.
Pada bayi ada imunisasi yang diulang sampai 2–3 kali. Apakah itu artinya suntiknya gagal? Pengulangan imunisasi tidak berarti gagal. Pada tubuh, kekebalan terhadap virus tertentu bisa turun dalam hitungan bulan. Apalagi pada bayi yang masih belum punya antibodi. Karena itu, imunisasi dilakukan beberapa kali. Tujuannya, kekebalannya tetap baik.
Apakah imunisasi cuma lewat suntik? Nggak cuma suntik, kok. Imunisasi polio dan rotavirus (infeksi yang menyebabkan diare) diberikan lewat tetes.
Tapi, Dok, disuntik kan sakit… Sakit karena disuntik cuma 2–3 hari, kok. Setelah itu, sehat terus. Pilih mana, disuntik atau menginap di rumah sakit, nggak bisa main dan sekolah? (fam/c7/ayi)
SUMBER :jawapos.com
Tidak ada komentar: