Kejam! Assad Bombardir Ghouta Timur dengan Gas Beracun


DAMASKUS - Dewan Keamanan (DK) PBB memang memberlakukan gencatan senjata 30 hari di Syria sejak Sabtu (24/2).

Namun, Eastern Ghouta masih terus menjadi sasaran aksi udara pasukan Syria dan Rusia sampai kemarin, Senin (26/2).

Korban jiwa kembali berjatuhan. Satu keluarga yang terdiri atas sembilan orang tewas dalam serangan terbaru.

”Tim penyelamat mengevakuasi dua mayat dari balik puing rumah warga. Tujuh mayat lainnya dari lokasi yang sama ditemukan setelah dilakukan penggalian lebih dalam.” Demikian bunyi keterangan tertulis Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) sebagaimana dilansir Reuters.

Sembilan orang itu menjadi korban sipil pertama yang tewas sejak gencatan senjata berlaku di Syria.

Pasukan Syria dan Rusia yang menggempur Eastern Ghouta sejak Minggu (18/2) tidak akan berhenti melancarkan aksi udara. Sebab, yang mereka perangi adalah oposisi bersenjata yang mereka klaim sebagai ekstremis dan teroris.

Dalam resolusi DK PBB yang menjadi dasar gencatan senjata tersebut memang disebutkan bahwa aksi antiteror tetap boleh berlanjut.

Hanya dalam waktu delapan hari, operasi militer kubu Presiden Bashar Al Assad telah merenggut sedikitnya 556 nyawa.

SOHR menyebut aksi udara delapan hari itu sebagai operasi militer paling mematikan sejak perang Syria bermula pada Maret 2011.

Itu belum termasuk korban luka dan mereka yang terpaksa mengungsi demi menghindari pertempuran.

Bersamaan dengan berlanjutnya kekejian di Eastern Ghouta, White Helmets alias Syria’s Civil Defense melaporkan dugaan pemakaian senjata kimia oleh rezim Assad.

Sebab, paramedis di kota satelit pinggiran Kota Damaskus itu mendapati gejala keracunan gas pada pasien-pasien baru. Sedikitnya satu bocah meninggal dunia setelah mengalami sesak napas gara-gara menghirup gas klorin.

”Beberapa pasien yang dirujuk ke sini mengalami sesak napas, iritasi berat pada membran selaput lendir, iritasi mata, dan mengeluh pusing,” kata seorang dokter di sebuah klinik kesehatan di kawasan Al Shifoniyah.

Oposisi Eastern Ghouta melaporkan bahwa jumlah korban yang keracunan gas berkisar 18 orang. Kini mereka menjalani perawatan intensif dan terpaksa terhubung dengan tabung oksigen.

Dugaan serangan gas klorin di Eastern Ghouta itu membuat Sekjen PBB Antonio Guterres geram.

”Eastern Ghouta tidak bisa menunggu lebih lama. Saat ini juga kita harus menghentikan neraka ini,” kata diplomat asal Portugal tersebut dalam pertemuan Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, seperti dikutip Al Jazeera kemarin.


sumber:jpnn.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.