3 Hari Berperang, Pemerintah Yaman dan STC Tiba-Tiba Baikan
ADEN - Setelah menguasai istana kepresidenan di Kota Aden, Provinsi Aden, Yaman, Southern Transitional Council (STC) melebarkan area kekuasaan ke selatan.
Selasa (30/1), dengan bantuan jet-jet tempur milik Uni Emirat Arab (UEA), pasukan Koalisi Yaman Selatan atau Southern Resistance Force (SRF) menduduki pangkalan militer di Distrik Dar Saad. Tapi, intensitas serangan menurun kemarin, Rabu (31/1).
’’Gedung-gedung pemerintahan yang mereka rebut telah dikembalikan kepada kami,’’ kata seorang pejabat pemerintah kepada Reuters.
Dua pangkalan militer di kawasan selatan yang diambil alih SRF setelah terlibat bentrokan sengit dengan pasukan pendukung Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi juga dikembalikan. Konon, koalisi Saudi turun tangan dan mendesak dua kubu untuk berhenti saling serang.
Tiga hari setelah STC melancarkan aksi militer seiring dengan berakhirnya tenggang waktu ultimatum pada Minggu (28/1), penduduk Kota Aden kembali beraktivitas seperti biasa.
’’Beberapa bank sudah buka. Toko-toko dan kantor-kantor juga kembali beroperasi,’’ kata seorang penduduk Aden. Lalu lintas di jalur utama kota pelabuhan itu juga kembali normal seperti pekan lalu.
’’Kami kembali meminta presiden untuk membubarkan pemerintahan dan membentuk pemerintahan sementara,’’ kata Aidaroos Al Zubaidi, salah seorang komandan SRF, dalam wawancara dengan France 24.
Dia menegaskan bahwa STC tetap loyal kepada Hadi dan tak akan berhenti memerangi pemberontak Houthi. Tapi, STC tidak ingin Perdana Menteri (PM) Ahmed bin Dagher menjadi kepala pemerintahan.
Selasa, SRF menyerang pangkalan militer di Distrik Dar Saad. Selain melibatkan jet UEA, mereka menggunakan kendaraan lapis baja milik negara sekutu Arab tersebut.
’’Sesuai dengan instruksi presiden, pasukan kami tetap taat pada gencatan senjata. Tapi, kelompok separatis (SRF) menyerang pangkalan kami,’’ kata Brigjen Mahran Al Qubati, seorang pejabat militer Yaman, sebagaimana dilansir Associated Press kemarin, Rabu (31/1).
Pasukan STC pun lantas menduduki pangkalan yang dihuni pasukan pendukung Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi tersebut. Menurut saksi mata, pertempuran sengit sempat terjadi di pangkalan itu sebelum akhirnya pasukan pro pemerintah terpukul mundur.
Selain desing peluru, sejumlah saksi mata mengaku mendengar suara ledakan yang diduga berasal dari bom.
sumber:jpnn.com
Tidak ada komentar: