Kisah Neneng yang Tinggal Serumah dengan Jenazah Anak dan Suami


Neneng Khotijah tak menguburkan sang anak dan suami karena yakin mereka akan hidup lagi. Tiap ada yang curiga dengan bau dari dalam rumah, selalu berkilah itu bangkai tikus.

PERUBAHAN besar Neneng Khotijah itu mulai dirasakan Maswah sekitar setahun lalu. Sang tetangga yang biasanya sangat ramah itu menjadi demikian tertutup.

"Suatu kali saya pernah nanyain Pak Nanung (Sobana) ke Bu Neneng. Dia menjawab kalau suaminya dibawa saudaranya ke Serang, Banten," ujarnya kepada Jabar Ekspres (Jawa Pos Group).

Maswah tentu saja tak tahu bahwa Nanung sebenarnya tak ke mana-mana. Masih di rumah Neneng yang terletak di Kelurahan Melong, Cimahi Selatan, Cimahi, Jawa Barat, itu. Hanya tidak dalam keadaan hidup lagi.

Berawal dari kunjungan tim pendataan kesehatan Puskesmas Melong ke rumah Neneng, rahasia tersebut akhirnya terungkap pada Selasa lalu (30/1). Perempuan itu ternyata menyimpan jenazah sang suami yang telah meninggal sekitar setahun silam tersebut di rumah. Bahkan bukan cuma Nanung. Jenazah anaknya, Hera Sri Herawati, juga ada di situ. Padahal, Hera, 50, telah meninggal lebih dulu pada Januari 2016. Nanung dan Hera saat ditemukan sudah dalam keadaan tinggal tulang belulang.

Selain Neneng, rumah tersebut dihuni pula oleh dua anak perempuan 76 tahun tersebut yang sengaja dikurung. Dengan alasan menderita gangguan jiwa. Mereka adalah Erna, 48, dan Deni, 43. "Jadi, selama hampir dua tahun, tiga orang itu hidup berdampingan dengan jenazah Nanung dan Hera," ungkap Kapolsek Cimahi Selatan AKP Sutarman.

Tari Lestari, 50, tetangga lainnya, mengungkapkan, Neneng dan keluarga tinggal di rumah tersebut sejak sekitar 20 tahun si­lam. Neneng dulu merupakan seorang guru TK, seperti juga Hera semasa hidupnya. Neneng sangat aktif bergaul dengan tetangga. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dia semakin menutup diri.

Warga sebenarnya mulai curiga tatkala bau bangkai tercium dari dalam rumah Neneng. Tapi, si pemilik rumah selalu mengelak bahwa bau itu merupakan bangkai tikus. "Kadang hilang baunya, besoknya ada lagi," ucapnya. Warga, lanjut Tari, juga sering melihat Neneng membawa bungkusan plastik. "Katanya bangkai tikus. Sering kayak gitu," ujarnya.

Menurut Zacki Rahman, petugas kesehatan Puskesmas Melong, saat dirinya pertama masuk ke rumah Neneng bersama dokter dan ketua RT serta RW setempat, jenazah Nanung dan Hera dalam posisi telentang. "Ditutupi sehelai kain sarung," katanya.

Zacki memang mendapat tugas dari Dinkes Kota Cimahi untuk mendata warga-warga lanjut usia di Kota Cimahi. Maka, ketika Neneng bersikeras tak mau didata, Zacki merasa curiga. "Ya kan aneh. Umumnya warga ingin periksa kesehatan di rumah, gratis pula. Namun, Bu Neneng tidak mau," ujar dia.

Didorong kewajiban menjalankan tugas, Zacki tak patah arang. Ditemani dokter puskesmas dan ketua RT serta RW, dia terus berusaha membujuk Neneng. Sampai akhirnya berhasil.

Berdasar keterangan Neneng kepada polisi, pada 2015 dirinya dan Hera melakukan salat Tahajud selama 40 malam tanpa terputus. Dan, kata dia, setelah itu Hera mendapat petunjuk berupa bisikan gaib.

"Dari bisikan itu, Hera meminta kepada kedua orang tuanya agar jika dirinya meninggal, mayatnya tidak dikuburkan. Dari bisikan itu dia menyimpulkan, dia akan hidup kembali untuk menjalankan kehidupan kedua (reinkarnasi, Red)," terang Sutarman di Mapolsek Cimahi Selatan.

Beberapa bulan setelah itu atau pada Januari 2016, lanjut Sutarman, Hera meninggal. Karena sudah ada wasiat untuk tidak dikuburkan, Neneng bersama Nanung pun membiarkan jenazah anaknya tetap disemayamkan di rumah. "Jenazah Hera dibiarkan tetap terbujur di atas ranjang dengan harapan akan hidup kembali," kata Sutarman.

Setelah hampir setahun menunggu, Nanung putus harapan. Anaknya yang paling dia sayangi tak kunjung hidup lagi. "Tak lama setelah itu, Nanung meninggal dalam keadaan duduk di depan jenazah Hera."

Berdasar keterangan pelaku juga, kata Sutarman, Neneng akhirnya memutuskan untuk tidak menguburkan jenazah suaminya seperti mayat Hera. Bahkan, Neneng tetap mengurus dua jenazah tersebut di dalam rumah.

"Tiap hari Neneng membersihkan dua jenazah itu dengan cara mengelapnya. Tiga hari sekali selimut yang menutupi dua mayat tersebut selalu diganti dengan yang bersih," bebernya.

Sutarman menambahkan, dari rumah itu pihaknya mengamankan barang bukti satu baki sesaji. Ada dua keris (yang satu diberi sarung kain putih), jam tangan, rokok tembakau, rokok daun kawung, rokok filter lima batang, batu akik, serta tasbih. Diketahui, ternyata semuanya adalah barang yang sering digunakan anak Neneng, Deni, untuk latihan kebatinan. "Latihannya di rumah itu. Rutin sebelum Hera meninggal," ucapnya.

Sejauh ini, lanjut Sutarman, pihaknya sudah memeriksa para saksi dan warga setempat. Termasuk orang yang pertama menemukan. Telah diperiksa pula Lili, adik ipar Neneng yang rumahnya tak jauh. "Sebenarnya Lili beserta istrinya mengetahui (adanya jenazah Nanung dan Hera). Namun, mereka tidak berani memberitahukan kepada warga. Tapi, tidak ada ancaman (dari Neneng, Red)," terangnya.

Dari keterangan para saksi, semua mengatakan hal yang sama: kematian Hera dan Nanung wajar, bukan karena tindak kekerasan. "Anak Bu Neneng yang bernama Deni dan Erna saat ini juga sedang ditangani di RSJ (rumah sakit jiwa) untuk dilakukan pemeriksaan kejiwaan," jelasnya. Namun, khusus Neneng dirawat terpisah, yaitu di RS Dustira. Alasannya, RSJ enggan memeriksa karena kamar sudah penuh.

Apabila hasil pemeriksaan dokter kejiwaan kelak menyebut Neneng dan kedua anaknya normal, terang Sutarman, bakal dilakukan pemeriksaan. "Tapi, jika (ketiganya, Red) mengalami sakit (jiwa), memang polisi akan menghadapi kesulitan. Karena tidak memenuhi unsur-unsur yuridis dari pemeriksaan," jelasnya.

sumber:jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.