Trump: Orang-orang Palestina tak Ingin Berdamai


Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengulangi pernyataannya mengenai status Kota Yerusalem. Menurutnya isu Yerusalem tidak berada di luar meja perundingan setelah keputusannya untuk mengumumkan kota tersebut sebagai Ibu Kota Israel dan masih berupaya memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerussalem dari Tel Aviv.

"Saya ingin memperjelas kalau Yerusalem adalah Ibu Kota Israel. Untuk batas-batas tertentu, saya akan mendukung apa yang disepakati kedua belah pihak," kata Trump kepada surat kabar Israel Hayom, Minggu, (11/2).

Komentar Trump menegaskan apa yang ia katakan selama pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di World Economic Forum di Davos, Swiss bulan lalu.
Kota Suci Yerusalem

Kota Suci Yerusalem (Guardian)

Trump mengumumkan mengakui Yerusalem jadi Ibu Kota Isral pada 6 Desember. Ia tetap mengumumkan meski mendapat berbagai kutukan internasional dan memicu gelombang protes yang memanas di seluruh dunia.

Yerusalem merupakan tempat suci dan memiliki arti penting bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi. Ini menjadi topik sensitif dan salah satu isu utama dalam konflik Israel-Palestina.

Dalam wawancara eksklusif dengan Hayom, Trump juga mendesak Israel dan Palestina untuk membuat kompromi untuk mencapai kesepakatan damai.

Trump mempertanyakan komitmen Israel untuk berdamai dengan orang-orang Palestina.
"Saat ini, saya akan mengatakan kalau orang-orang Palestina tidak ingin berdamai, mereka tidak ingin berdamai, saya belum tentu yakin kalau Israel juga ingin berdamai," katanya kepada Hayom.

Israel menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1967 dan kemudian mencaplok wilayah Palestina tersebut, hal itu sudah pasti melanggar hukum internasional. Saat ini, 86 persen Yerusalem Timur berada di bawah kendali langsung pemerintah Israel dan pemukim  Yahudi.


sumber:jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.