Ternyata, Si Kecil juga Bisa Mengidap Bipolar


Bipolar merupakan kelainan yang disebabkan oleh perubahan neurotransmiter otak. Pada otak orang dengan bipolar terdapat ketidakseimbangan serotonin dan dopamin (hormon pemberi perasaan senang dan nyaman).
Yang harus dipahami, kelainan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun punya resiko yang saama. Pada umumnya, gejala penderita bipolar pada anak-anak sama pun sama dengan orang dewasa.
’’Sama-sama mengalami perubahan mood yang ekstrem. Pernah merasa senang berlebihan atau sedih sampai kelihatan depresi,’’ ucap dr Aimee Nugroho SpKJ.
Masing-masing episode bisa bervariasi durasi waktunya. Bisa dalam hitungan hari, minggu, hingga bulan. Per kasus bisa berbeda. Seringkali juga, gangguan bipolar disertai gangguan lain yang menyertai seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan perilaku menentang, dan, gangguan cemas.
Anak yang bipolar memiliki faktor risiko lebih besar untuk kembali menjadi bipolar saat dewasa. Apalagi bila tidak mendapatkan penanganan sejak dini. Hal ini juga berisiko menimbulkan masalah kepada generasi selanjutnya.
Sejatinya, orang tua tidak boleh menolak kenyataan bila seandainya anak mereka didiagnosis menderita bipolar. Bahkan, bila diketahui bipolar adalah warisan genetik dari orang tua, maka orang tua juga harus mendapatkan terapi.
''Bersama-sama ke psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Kadang psikiater akan memberikan obat penstabil mood untuk membantu menyeimbangkan neurotransmiter otak,’’ imbuhnya.
Selain obat, anak bipolar juga membutuhkan konseling pribadi, dan perhatian khusus dari orang tua. Biasanya dibutuhkan waktu terapi minimal sekitar enam bulan hingga beberapa tahun untuk memonitor perubahan mood anak.
Bila mood mengarah stabil dan tidak lagi muncul episode manik atau depresi maka perlahan-lahan dosis obat akan dikurangi. (ina/tia)

SUMBER : jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.