Ratusan Pengelola Jurnal Ikuti Pelatihan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mulai Jumat (14/4) hingga Sabtu (15/4) dipercaya sebagai tuan rumah Electronic Journal Series Workshop dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pertama Relawan Jurnal Indonesia (RJI). Sebanyak 336 peserta dari pengelola jurnal yang tersebar di seluruh Indonesia turut hadir. Mereka datang dari Aceh sampai Papua.
Acara di kampus Umsida di Jalan Majapahit itu diawali dengan electronic journal series workshop. Workshop tersebut ditujukan untuk mengakomodasi para pengelola jurnal yang ingin memahami lebih dalam tata kelola jurnal elektronik dengan menggunakan platform open journal system (OJS).
Agar lebih fokus, workshop itu dibagi menjadi empat kelas sesuai dengan kemampuan awal pesertanya. Ada kelas beginner, intermediate, advance, dan expert. Pembagian kelas tersebut dimaksudkan untuk memberikan kebebasan bagi peserta guna memilih kelas sesuai tingkat kemampuan. Para tutor pun bisa lebih berfokus pada satu tingkat materi.
Ketua Umum RJI Andri Putra Kesmawan menyatakan, RJI semakin gencar mempersiapkan sistem yang memudahkan para pengelola jurnal. Misalnya, terkait proses pendampingan, RJI sedang mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan core RJI lain menggunakan single login. Dengan demikian, sekali login sudah bisa mendapatkan manfaat banyak dari RJI. ”Kita bersama-sama berupaya meningkatkan tata kelola jurnal,” ujarnya.
Menurut Andri, RJI siap mendampingi pembuatan jurnal yang selama ini masih dikelola konvensional atau cetak menjadi jurnal elektronik. Selain itu, jurnal yang sudah online akan dibantu agar tata kelolanya lebih baik dan benar menggunakan platform OJS.
Untuk jurnal elektronik yang sudah baik tata kelolanya, lanjut Andri, RJI siap mendampingi sistem pendaftaran dari indeksasi rendah, menengah, hingga tinggi. ”Didampingi juga untuk mengajukan akreditasi jurnal nasional,” ucapnya.
Andri meminta seluruh pengelola jurnal membulatkan niat dan tetap bersemangat. Semua proses harus dilalui. Jurnal yang terindeks ke Scopus adalah jurnal dengan kualitas sangat baik. Namun, untuk mencapai itu, langkahnya tidak mudah. Semua harus bertahap. Misalnya harus mengaplikasikan tata kelola jurnal elektronik yang benar.
”Bisa dengan merekrut editor yang mumpuni, diversity reviewer. Kontinuitas naskah perlu dijaga. Daftarkan jurnal ke pengindeks-pengindeks kecil dan sedang dulu. Jika dirasa siap, selanjutnya silakan suggest ke Scopus,” jelas Andri.
Paisun, salah seorang peserta kelas intermediate dari Instika Sumenep, Madura, menyatakan bahwa workshop itu sangat tepat guna. Pelatihannya jelas, sesuai dengan kebutuhan peserta. ”Kepada kami dijelaskan cara-cara membuat jurnal sehingga bisa terindeks minimal di DOAJ (Directory of Open Access Journals),” ujar pria yang juga dosen pendidikan agama Islam (PAI) tersebut.
Menurut Paisun, dengan jurnal terindeks secara internasional, orang yang mengakses akan makin banyak. Dengan demikian, ilmu yang ada pada jurnal itu bisa semakin banyak diterima publik. ”Biar bisa menyebarkan ilmu sebanyak-banyaknya,” tutur dia.
Selain workshop, hari ini masih berlangsung Rakernas Pertama RJI. Tujuannya ialah menegaskan posisi RJI dalam ranah publikasi di Indonesia. ”Kita kan ingin membantu pengelola jurnal di Indonesia mewujudkan pengelolaan jurnal secara elektronik yang berkualitas dan bereputasi,” jelas Ketua RJI Jatim Muhammad Tanzil.
Pria yang juga menjabat kepala Pusat Pengembangan Publikasi Ilmiah Umsida itu menyebutkan, memang sangat perlu dalam rakernas tersebut adanya penyamaan persepsi sehingga para pengelola bisa kompak melangkah. Karena itu, perlu disusun program kerja. Baik untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. (uzi/c9/hud/sep/JPG)
Acara di kampus Umsida di Jalan Majapahit itu diawali dengan electronic journal series workshop. Workshop tersebut ditujukan untuk mengakomodasi para pengelola jurnal yang ingin memahami lebih dalam tata kelola jurnal elektronik dengan menggunakan platform open journal system (OJS).
Agar lebih fokus, workshop itu dibagi menjadi empat kelas sesuai dengan kemampuan awal pesertanya. Ada kelas beginner, intermediate, advance, dan expert. Pembagian kelas tersebut dimaksudkan untuk memberikan kebebasan bagi peserta guna memilih kelas sesuai tingkat kemampuan. Para tutor pun bisa lebih berfokus pada satu tingkat materi.
Ketua Umum RJI Andri Putra Kesmawan menyatakan, RJI semakin gencar mempersiapkan sistem yang memudahkan para pengelola jurnal. Misalnya, terkait proses pendampingan, RJI sedang mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan core RJI lain menggunakan single login. Dengan demikian, sekali login sudah bisa mendapatkan manfaat banyak dari RJI. ”Kita bersama-sama berupaya meningkatkan tata kelola jurnal,” ujarnya.
Menurut Andri, RJI siap mendampingi pembuatan jurnal yang selama ini masih dikelola konvensional atau cetak menjadi jurnal elektronik. Selain itu, jurnal yang sudah online akan dibantu agar tata kelolanya lebih baik dan benar menggunakan platform OJS.
Untuk jurnal elektronik yang sudah baik tata kelolanya, lanjut Andri, RJI siap mendampingi sistem pendaftaran dari indeksasi rendah, menengah, hingga tinggi. ”Didampingi juga untuk mengajukan akreditasi jurnal nasional,” ucapnya.
Andri meminta seluruh pengelola jurnal membulatkan niat dan tetap bersemangat. Semua proses harus dilalui. Jurnal yang terindeks ke Scopus adalah jurnal dengan kualitas sangat baik. Namun, untuk mencapai itu, langkahnya tidak mudah. Semua harus bertahap. Misalnya harus mengaplikasikan tata kelola jurnal elektronik yang benar.
”Bisa dengan merekrut editor yang mumpuni, diversity reviewer. Kontinuitas naskah perlu dijaga. Daftarkan jurnal ke pengindeks-pengindeks kecil dan sedang dulu. Jika dirasa siap, selanjutnya silakan suggest ke Scopus,” jelas Andri.
Paisun, salah seorang peserta kelas intermediate dari Instika Sumenep, Madura, menyatakan bahwa workshop itu sangat tepat guna. Pelatihannya jelas, sesuai dengan kebutuhan peserta. ”Kepada kami dijelaskan cara-cara membuat jurnal sehingga bisa terindeks minimal di DOAJ (Directory of Open Access Journals),” ujar pria yang juga dosen pendidikan agama Islam (PAI) tersebut.
Menurut Paisun, dengan jurnal terindeks secara internasional, orang yang mengakses akan makin banyak. Dengan demikian, ilmu yang ada pada jurnal itu bisa semakin banyak diterima publik. ”Biar bisa menyebarkan ilmu sebanyak-banyaknya,” tutur dia.
Selain workshop, hari ini masih berlangsung Rakernas Pertama RJI. Tujuannya ialah menegaskan posisi RJI dalam ranah publikasi di Indonesia. ”Kita kan ingin membantu pengelola jurnal di Indonesia mewujudkan pengelolaan jurnal secara elektronik yang berkualitas dan bereputasi,” jelas Ketua RJI Jatim Muhammad Tanzil.
Pria yang juga menjabat kepala Pusat Pengembangan Publikasi Ilmiah Umsida itu menyebutkan, memang sangat perlu dalam rakernas tersebut adanya penyamaan persepsi sehingga para pengelola bisa kompak melangkah. Karena itu, perlu disusun program kerja. Baik untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. (uzi/c9/hud/sep/JPG)
SUMBER : jawapos.com
Tidak ada komentar: