Survei: Tingkat Perlindungan Data Online Masih Rendah


Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya keamanan internet dinilai masih rendah. Ini berdasarkan survei yang dilakukan Avast, salah satu perangkat keamanan yang berkantor pusat di Ceko.

Berdasarkan hasil survei, Avast menyatakan bahwa email masih menjadi layanan online yang paling banyak digunakan oleh pengguna di Indonesia yaitu sebanyak 47.1%, diikuti oleh Facebook dengan 29.5%. Tidak hanya sebagai layanan online yang paling banyak digunakan, email juga dianggap penting oleh hampir setengah pengguna di Indonesia.

Sebanyak 97.6% orang Indonesia mengklaim memiliki data berharga pada akun online mereka. Rinciannya yang dianggap bernilai di atas USD 100 atau lebih, yaitu Amazon (62.5%), LinkedIn (48.2%), Dropbox atau akun penyimpanan cloud lainnya (43.9), WhatsApp atau layanan mengirim mengirim pesan lainnya (41%), Email (35.3%), Snapchat (34.8%), Twitter (34.6%), Facebook (33%).

Untuk faktor keamanan, data berharga di internet rupanya masih berpotensi dicuri. Penjahat cyber dapat mencuri informasi akun meliputi nama pengguna, kata sandi dan rincian kartu kredit melalui pembobolan keamanan serta menjual data tersebut di darknet hanya seharga USD 2 atau kurang tergantung nilai tukar Bitcoin.

"Setelah layanan utama seperti Yahoo dan LinkedIn berhasil dibobol dan munculnya kebocoran data di online, tidak heran jika dua dari lima pengguna di Indonesia (42.9%) tidak yakin mengenai akan keamanan data pribadi mereka," tulis pihak Avast dalam keterangan tertulisnya kepada JawaPos.com, Jumat (31/3).

Selain itu, lebih dari 35% orang Indonesia tidak pernah mengganti kata sandi mereka meskipun telah diperingati tentang adanya pembobolan data. Sementara 66,3% pengguna mengganti kata sandi pada website yang diretas namun tindakan serupa tidak dilakukan untuk website lain.

Hal ini dapat mengkhawatirkan karena penjahat cyber sering menggunakan informasi pribadi yang didapatkan melalui pembobolan data ke akun lain dengan harapan akun lain tersebut menggunakan kata sandi yang sama.

Database yang berisi data curian sering muncul di darknet setelah beberapa tahun terjadinya pembobolan data, mengincar penjahat cyber lain untuk membelinya dan menyalahgunakannya lebih lanjut. Inilah sebabnya jika mengganti kata sandi secara rutin merupakan hal yang penting dan tidak harus menunggu ketika sudah terjadi kebocoran data yang sudah disebar.

Kualitas layanan yang bagus melakukan hashing pada kata sandi penggunanya. Dengan begitu otomatis menjadi versi kata sandi yang terenkripsi daripada versi kata sandi utuh yang terbaca di database pembobolan data. Hal ini merupakan cara yang baik untuk melindungi pengguna, dimana sebagai pengguna pun tetap harus bertanggung jawab untuk mengamankan akun dan data yang tersimpan di dalamnya.

Jika kata sandi yang digunakan bersifat sederhana, misalnya hanya berisi huruf, beberapa karakter dan tanpa karakter spesial atau nomor, hacker dapat dengan mudah menebak kata sandi tersebut. Daftar berisi kata sandi yang umum digunakan akan dimanfaatkan oleh hacker untuk meretas suatu akun.

Karenanya perlu tindakan lebih untuk mengamankan akun. Salah satunya dengan Password Manager. Aplikasi ini dapat membantu pengguna internet menghasilkan kata sandi yang kuat dan unik untuk semua akun Anda serta dengan mudah mengganti kata sandi secara rutin. Sayangnya, hanya 3.2% dari responden yang menggunakan password manager untuk melindungi akun mereka. (fab/JPG)
SUMBER : jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.