Ternyata Nuklir bisa Hasilkan Beras


 Bila kemarin Tim kajian nuklir Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia mengeluarkan hasil survey mengenai pemanfaatan nuklir di bidang energi, kini giliran non-energi.

Dalam survey yang berjudul persepsi pelajar Indonesia di luar negeri terhadap pemanfaatan nuklir dalam bidang non-energi di Indonesia tersebut, hasilnya 82 persen mahasiswa Indonesia di luar negeri pernah mendengar pemanfaatan nuklir di bidang non-energi.

Rinciannya, dari survei yang diisi oleh 566 pelajar Indonesia yang sedang studi di luar negeri tersebut, nuklir bisa dimanfaatkan  untuk kedokteran (397), pertanian (189), pertahanan (124), pembangunan dan infrastruktur (117), menjawab genetika (116), menjawab gizi dan pangan (87), sintesis novel material (68), dan pengawetan (53).

’’Selain pemanfaatan nuklir sebagai sumber energy (PLTN), responden rupanya juga menunjukkan dukungan terhadap pemanfaatan teknologi nuklir di bidang non-energi, misalnya untuk keperluan medis, industri, dan pertanian,’’ ulas Dwi Rahayu selaku Ketua Tim Kajian Nuklir PPI Dunia tersebut.

Dwi yang sedang menempuh pendidikan S2 jurusan Nuclear Power and Thermophysics dengan fokus Advanced Technology of Light Water Nuclear Reactors di National Reseacrh Nuclear University, Moscow, Russia tersebut mengatakan, dari survei itu  diketahui, 88 persen responden tidak mengetahui beras sidenuk adalah hasil pemanfaatan teknologi nuklir di bidang non-energi.

Sidenuk adalah singkatan dari si dedikasi nuklir, salah satu varietas padi unggul yang diperoleh dengan memanfaatkan teknologi radiasi. Varietas padi hasil penelitian batan ini mampu menghasilkan gabah kering giling mencapai 9,1 ton per hektar.

Jadi sebenarnya, nuklir punya banyak nilai guna di bidang non-energi. Beberapa rasionalisasinya adalah karena energi yang dihasilkan jauh lebih besar dari bahan utama batu bara dan minyak bumi, prospek yang menjanjikan untuk jangka panjang, realibilitas atau tidak dipengaruhi cuaca, dapat digunakan di bidang medis, dan tarif operasional yang cukup murah.

’’Kalau selama ini masyarakat takut mengenai efek radiasinya sebenarnya tidak perlu khawatir. Sebab paparan radiasi selama tidak melebihi ambang batas akan aman untuk manusia,’’ papar Dwi.

Dia menambahkan, nilai batas dosis efektif untuk masyarakat adalah 1 mSv/tahun. Sebagai perbandingan, radiasi dari PLTN hanya sekitar 0,006 mSv/tahun. Lagipula, radiasi tidak melulu dengan PLTN, senjata nuklir, dan limbah nuklir. Radiasi juga bisa ada disekitar kita tanpa kita sadari.

Misalnya, dalam hasil survey itu juga, 58 persen responden tidak mengetahui radiasi bisa disebabkan oleh rokok. Padahal, merokok 1,5 bungkus sehari sama dengan mendapatkan 300 kali X-ray di bagian dada pertahun. Dosis radiasi bergantung dari keaktifan bahan tembakau, ukuran rokok dan jumlah rokok yang dihabiskan.

Selain itu, 55 persen responden tidak mengetahui bahwa bepergian menggunakan pesawat dapat terpapar radiasi. Sebab, penerbangan pada ketinggian 13 km, yaitu ketinggian yang umum untuk penerbangan komersial, memberikan tambahan dosis radiasi 0,005 mSv (0,5 mrem) per-jam penerbangan untuk setiap penumpang. (ina/tia)
SUMBER : jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.