Dimsum Juga Sehat untuk Anak


Banyaknya makanan yang mengandung bahan pengawet merisaukan Nanda Suprayitno. Karena itu, perempuan 32 tahun tersebut membuat home made food untuk keluarganya. Dia membuat dimsum sendiri untuk anak semata wayangnya, Muhammad Ryas Al Rasyid. ”Membuat dimsum sendiri itu memang lebih ribet dan lama. Tapi, nggak apa-apa, yang penting aman,” katanya.

Dia menuturkan, pembuatan dimsum terbilang lama karena harus melakukan beberapa tahapan. Di antaranya, menggulung, membalut, dan mengukus. Misalnya, varian siomay chicken berisi wortel, udang, dan ayam cincang. Ketiga bahan diolah dan dibalut dengan kulit pangsit. Ada pula dimsum keicak yang merupakan perpaduan olahan paha ayam, wortel, dan jamur tungku. ”Paduan tiga bahan itu dibalut bersama kulit tahu,” lanjutnya.

Untuk sushi, Nanda memadukan daging ayam giling, udang, kepiting, dan kucai yang di-roll dengan nori atau rumput laut. ”Favoritnya Al adalah siomay crab,” imbuhnya. Komposisi siomay crab sama persis dengan sushi. Hanya, siomay crab tidak dibalut dengan nori, tapi menggunakan kulit pangsit. Kulit pangsit juga tidak dibalutkan full sampai ke atas. Dengan begitu, isiannya terlihat menonjol seperti meluber.

Menurut Nanda, membuat varian siomay crab terbilang paling lama jika dibandingkan dengan varian dimsum lainnya. Alasannya, kepiting harus dicincang dengan hati-hati. ”Jika mencincang terlalu kecil, nanti waktu dikukus, teksturnya bisa hancur,” paparnya. Kolektor tas itu menambahkan, waktu pengukusan siomay crab juga harus pas. ”Jika tidak, bentuknya tidak akan terlihat padat dan bagus,” ujarnya.

 ”Saya udah bikin dimsum home made itu sejak 2015. Sebab, kebetulan, saya juga penggila dimsum,” imbuhnya. Selain aman untuk anak, dimsum buatannya kerap dipesan sebagai menu diet sehat. Sebab, bahan utama seperti sayur, ayam, dan seafood tidak digoreng, tetapi dikukus. Penganan itu bisa bertahan hingga sebulan jika disimpan di freezer. (hay/c16/ai/sep/JPG)
Banyaknya makanan yang mengandung bahan pengawet merisaukan Nanda Suprayitno. Karena itu, perempuan 32 tahun tersebut membuat home made food untuk keluarganya. Dia membuat dimsum sendiri untuk anak semata wayangnya, Muhammad Ryas Al Rasyid. ”Membuat dimsum sendiri itu memang lebih ribet dan lama. Tapi, nggak apa-apa, yang penting aman,” katanya.

Dia menuturkan, pembuatan dimsum terbilang lama karena harus melakukan beberapa tahapan. Di antaranya, menggulung, membalut, dan mengukus. Misalnya, varian siomay chicken berisi wortel, udang, dan ayam cincang. Ketiga bahan diolah dan dibalut dengan kulit pangsit. Ada pula dimsum keicak yang merupakan perpaduan olahan paha ayam, wortel, dan jamur tungku. ”Paduan tiga bahan itu dibalut bersama kulit tahu,” lanjutnya.

Untuk sushi, Nanda memadukan daging ayam giling, udang, kepiting, dan kucai yang di-roll dengan nori atau rumput laut. ”Favoritnya Al adalah siomay crab,” imbuhnya. Komposisi siomay crab sama persis dengan sushi. Hanya, siomay crab tidak dibalut dengan nori, tapi menggunakan kulit pangsit. Kulit pangsit juga tidak dibalutkan full sampai ke atas. Dengan begitu, isiannya terlihat menonjol seperti meluber.

Menurut Nanda, membuat varian siomay crab terbilang paling lama jika dibandingkan dengan varian dimsum lainnya. Alasannya, kepiting harus dicincang dengan hati-hati. ”Jika mencincang terlalu kecil, nanti waktu dikukus, teksturnya bisa hancur,” paparnya. Kolektor tas itu menambahkan, waktu pengukusan siomay crab juga harus pas. ”Jika tidak, bentuknya tidak akan terlihat padat dan bagus,” ujarnya.

 ”Saya udah bikin dimsum home made itu sejak 2015. Sebab, kebetulan, saya juga penggila dimsum,” imbuhnya. Selain aman untuk anak, dimsum buatannya kerap dipesan sebagai menu diet sehat. Sebab, bahan utama seperti sayur, ayam, dan seafood tidak digoreng, tetapi dikukus. Penganan itu bisa bertahan hingga sebulan jika disimpan di freezer. (hay/c16/ai/sep/JPG)
SUMBER : jawapos.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.